Ayah dan ibu memang memiliki peran yang sama-sama penting dalam pengasuhan anak. Akan tetapi, seringkali mereka melakukannya dengan cara yang berbeda, dan justru perbedaan cara inilah yang memberikan variasi pengalaman pada anak yang didapatkan dari setiap orang tuanya. Penelitian menunjukkan bahwa ayah dan ibu cenderung mempunyai kontak yang berbeda pada bayinya setelah beberapa minggu pertama kehidupannya. Peran ibu lebih melibatkan interaksi verbal yang lembut, sedangkan peran ayah cenderung melibatkan interaksi fisik.[1]
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Van Wel (2000) menghasilkan kesimpulan bahwa kedekatan ayah dengan anak mereka memiliki hubungan yang positif dengan kebahagiaan anak, baik secara langsung maupun dalam waktu yang lama atau mendatang. Hal ini dilakukan melalui berbagai upaya seperti :
- Engagementdiartikan sebagai interaksi langsung yang dilakukan ayah dengan anaknya dalam konteks merawat, bermain, atau mengisis waktu luang. Jadi, penting bagi seorang ayah untuk melakukan interaksi langsung dengan anak, misalnya menemani anak bermain, mengajarkan anak mengendarai sepeda di hari libur, dan aktivitas lainnya.
- Accesibilitydiartikan sebagai ketersediaan secara fisik dan psikologis yang ayah berikan pada anak. Sebagai seorang ayah, penting untuk memberikan dukungan secara fisik maupun psikologis kepada anak, misalnya, mengambil raport anak di sekolah.
- Responsibilitydiartikan sebagai perawatan dan penjaminan kesejahteraan anaknya, misalnya, ayah mendukung kebutuhan passion anak yang gemar bermain sepatu roda. Selain itu, ayah juga bisa menyediakan lingkungan tempat tinggal yang nyaman dan kesiapan untuk mengakses ke tempat pengobatan jika ada kondisi darurat. Secara umum, fungsi responsibility inilah yang dipandang oleh masyarakat sebagai tugas utama ayah yaitu mencari nafkah.[2]
Sementara itu, Palkovitz (dalam Sanderson & Thompson, 2002) mengemukakan beberapa kategori keterlibatan ayah dalam pengasuhan yang meliputi : a)communication (mendengarkan, berbincang/ berbicara, menunjukkan rasa cinta) b) teaching (memberi contoh peran, melakukan aktivitas dan minat yang menarik) c)monitoring (melakukan pengawasan terhadap teman-teman, pekerjaan rumah) d)cognitive processes (khawatir, merencanakan, berdoa) e) errands (mengurus) f)caregiving (memberi makan, memandikan) g)shared interest (membaca bersama) h)availability (keberadaan) i)planning (merencanakan berbagai aktivitas, ulang tahun) j)shared activities (melakukan kegiatan bersama, misal belanja, bermain bersama) k)preparing (menyiapkan makanan, pakaian) l) affection (memberi kasih sayang, sentuhan emosi) m)protection (menjaga, memberi perlindungan) n) emotional support (membesarkan hati anak). Model keterlibatan ayah dalam pengasuhan ini dikenal dengan konsep “generative fathering”. [3]
Ayah memiliki peran penting jauh semenjak kelahiran seorang anak. Pada masa istri hamil, suami berperan penting untuk mendampingi sang istri dalam menjalani kehamilan tersebut. Misalnya dengan cara mencari referensi tentang kehamilan termasuk kebutuhan asupan nutrisi yang diperlukan, menemani istri ke dokter, membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, menghibur dan menenangkan, memberi perhatian serta dukungan, menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok, dan membuat rencana untuk kebutuhan bayi.[4]
Peran lain yang penting dilakukan oleh seorang suami atau calon ayah, adalah saat menjelang istri melahirkan. Menurut Rosemary Mander (2004) terdapat setidaknya 3 peran ayah dalam masa sekitar proses persalinan. Yakni : 1)Sebagai sumber dukungan emosi dan hal-hal praktis terhadap Ibu. Pasangan adalah sumber dukungan emosional bagi seorang ibu. 2) Sebagai pengasuh atau memastikan tersedianya kebutuhan praktis dalam mengasuh bayi, karens Ayah (laki-laki) secara alamiah memiliki kemampuan mengasuh sebaik kemampuan Ibu (perempuan). 3)Sebagai pencari nafkah (sebagaimana konstruksi sosial yang berlaku), yang mungkin menyebabkan ayah tidak selalu berada di rumah. [5]
Oleh karenanya, kita sering mendengarkan istilah “Suami SIAGA” (Siap Antar Jaga). Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat tanda bahaya kehamilan. Antar, suami hendaknya merencanakan angkutan dan menyediakan donor darah jika diperlukan. Jaga, suami hendaknya mendampingi istri selama proses dan selesai persalinan. Suami siaga merupakan bentuk pendampingan yang diberikan kepada ibu, karena salah satu orang terdekat ibu adalah suami. Program Suami SIAGA (Suami Siap Antar Jaga) dikembangkan untuk mendukung program Gerakan Sayang Ibu (GSI). Suami menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan melahirkan, serta siap menjaga dan menunggu istri melahirkan.[6] Setidaknya, ada 3 alasan penting mengapa ayah perlu hadir pada saat ibu sedang menjalani persalinan. Yaitu : 1) Kehadiran suami mampu meredam rasa gugup 2) Ayah bisa menjadi penyemangat ibu di Ruang Bersalin dan 3) Ayah bisa jadi perantara komunikasi antara ibu dan dokter. [7]
Mengingat pentingnya peran ayah dalam parenting ini, dalam seminar mengenai Gerakan Ayah Hebat, Sabtu 18 November 2017 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mendukung ayah yang ikut terlibat dalam pengasuhan anak. Upaya ini dilakukan dengan mengusung program program he for she, yang berfokus pada dua hal. Pertama bagaimana laki-laki menghapus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kedua, bagaimana laki-laki terlibat dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) karena di Indonesia ini cukup tinggi, sebagaimana disebutkan dalam data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 bahwa AKI masih 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Disini Kementerian PPPA berharap peran bapak yang terlibat juga dalam mempersiapan kehamilan hingga kelahiran.[8]
Ayah juga memiliki peran penting dalam pemberian ASI eksklusif. Melibatkan ayah ketika menyusui justru bisa mensukseskan program ASI ekslusif. Sebuah hasil penelitian yang dilakukan di Kanada menemukan bahwa seorang Ibu yang melibatkan suaminya dalam pemberian ASI ekslusif akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menuntaskan targetnya daripada mereka yang tidak melibatkan suaminya.[9] Cara terbaik yang dapat dilakukan suami dalam memberi dukungan kepada ibu menyusui adalah dengan berperan sebagai breastfeeding father. Breatsfeeding father adalah dukungan penuh seorang suami sebagai ayah kepada istrinya agar dapat berhasil dalam proses menyusui (Ibu Susui Aku, Bayi sehat dan Cerdas dengan ASI. Dr.Ariani, 2012).[10]
Mengingat pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak, terutama pada saat istri dalam masa persalinan dan menyusui, beberapa negara juga menganggap penting untuk memberikan cuti pada ayah (paternity leave) untuk menjalankan peran keayahannya. Beberapa negara, juga menerapkan aturan cuti ini dalam aturan yang berbeda. Di Inggris, dalam aturan aturan Shared Parental Leave Regulation di tahun 2015, mengizinkan suami dan istri berbagi jatah cuti sesuai dengan ketentuan yang diterapkan. Di Inggris perempuan mendapat izin cuti 52 minggu, terdiri dari cuti melahirkan 26 minggu dan cuti setelah melahirkan 26 minggu juga. Senada dengan Inggris, Kanada juga menerapkan aturan di mana suami dan istri bisa berbagi jatah cuti melahirkan. Jatah cuti melahirkan istri adalah 52 minggu, dan 37 minggunya bisa dibagi antara suami dan istri. Dan karyawan tetap dibayar sepanjang cuti. Sementara itu di Norwegia, pekerja pria mendapat jatah cuti untuk mendampingi istri melahirkan selama 12 minggu. Sama dengan jatah cuti pekerja perempuan yang melahirkan di Indonesia. Dan di Jatah untuk pekerja pria mengambil paternity leave adalah dua bulan atau delapan minggu. Di Amerika Serikat, ada banyak perusahaan yang cukup sadar kalau memberikan jatah paternity leave kepada pekerja laki-lakinya sangat penting. Misalnya, Ernst & Young memberikan paternity leave kepada karyawan laki-lakinya selama 6 minggu. Peraturan ini sudah dilakukan sejak 12 tahun yang lalu sehingga menjadikan Ernst & Young salah satu perusahaan yang paling ramah pada keluarga. Perusahaan teknologi besar seperti Facebook dan Yahoo lebih murah hati lagi karena memberikan jatah paternity leave masing-masing hingga empat bulan dan dua bulan.[11]
Di Indonesia sendiri, keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak mulai banyak disadari. Salah satunya adalah Komunitas Bapak Rangkul, yang merupakan sayap sayap dari komunitas Rangkul yakni sekelompok relawan dari komunitas Keluarga Kita, yakni sebuah program pemberdayaan keluarga. Hal utama yang mereka yakini adalah bahwa ‘Pengasuhan Adalah Urusan Bersama’ artinya mereka bukan lagi bapak-bapak zaman old yang memiliki stigma konservatif di mana ibu adalah sosok pengasuh utama dan bapak bekerja saja. Bapak Rangkul justru ingin menegaskan peran Ayah sangatlah penting dalam hal pengasuhan tersebut.[12] Di samping beberapa contoh di atas, tentunya masih banyak dibutuhkan peran ayah dalam pengasuhan anak seiring dengan perkembangan usia tumbuh kembangnya.
Baca Juga
Fokus 1 : Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak
Fokus 2 : Laki-laki dan Konsep Pengasuhan
Fokus 3 : Bagaimana Melibatkan Laki-laki dalam Pengasuhan?
Fokus 4 : Manfaat Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
Fokus 5 : Pengasuhan dan Pendidikan Anak dalam Perspektif Islam
Foot Notes
[1] Lihat tulisan Arinda Veratamala, Perbedaan Peran Ayah dan Ibu Bagi Anak, dalam majalah Hello Sehat, sebagaimana dikutip dari situs https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/perbedaan-peran-ayah-dan-peran-ibu-bagi-anak/
[2] Lihat dalam tulisan berjudul Peran Ayah dalam Mengasuh Anak, yang diposting pada 2 Agustus 2017 dan dikutip dari situs http://sejiwa.org/peran-ayah-dalam-mengasuh-anak/
[3] Lihat tulisan Sri Muliati Abdullah Universitas Mercu Buana Yogyakarta berjudul Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak (Paternal Involvement): Sebuah Tinjauan Teoritis, sebagaimana dikutip dari situs http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/Keterlibatan-Ayah-dalam-Pengasuhan-Anak. pdf
[4] Lihat tulisan Fenita Agustina berjudul Apa Peran Ayah Mendampingi Istri yang Sedang Hamil? dalam situs Ibu dan Mama, sebagaimana dikutip dari situs http://ibudanmama.com/kehamilan/peran-ayah-dan-papa/apa-peran ayah-mendampingi-istri-yang-sedang-hamil/
[5] Lihat kembali Gisela Tani Pratiwi pada tulisan dalam Bab I Menyambut Si Kecil : Peran Ayah dalam Masa Kehamilan, Proses Melahirkan, dan Menyusui, Yayasan Pulih atas dukungan Rutgers WPF, Jakarta, 2017, hal. 13.
[6] Lihat tulisan yang diupload oleh Risa Erdian berjudul Pengertian Suami Siaga, sebagaimana dikutip dari situs https: //www.scribd.com/ document/356395142/Pengertian-Suami-Siaga
[7] Lihat tulisan berjudul Pentingnya Kehadiran Ayah Dampingi Ibu Selama Persalinan yang diposting 9 Agustus 2016, sebagaimana dikutip dari situs https://www.ibudanbalita.com/artikel/pentingnya-kehadiran-ayah-dampingi-ibu-selama-persalinan
[8] Lihat tulisan Rr Laeny Sulistyawati berjudul Kementerian PPPA Dukung Ayah Terlibat dalam Pengasuhan Anak, pada Republika.Co.Id., Ahad 19 November 2017 05:25 WIB
[9] Lihat tulisan S.Gelmani Rabiah berjudul Peran Ayah dalam ASI Ekslusif, sebagaimana dikutip dari situs https://segiempat.com/ibu-anak/kehamilan/menyusui/peran-ayah-dalam-asi-eksklusif/
[10] Lihat dalam tulisan Ira Chalifiyah, Peran Suami dalam Mendukung Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto, sebagaimana diunduh dari situs repository. poltekkesmajapahit.ac.id/ index.php/PUB-KEB/article/download/400/314
[11] Lihat tulisan berjudul Cuti Melahirkan untuk Ayah Tak Cukup Hanya Tiga Hari: 4 Fakta Seputar Paternity Leave, sebagaimana dikutip dari situs http://www.qerja.com/journal/view/125-cuti-melahirkan-untuk-ayah-tak-cukup-hanya-tiga-hari-4-fakta-seputar-paternity-leave-1/
[12] Lihat tulisan Zika Zakiya, Bapak Rangkul, Komunitas Suami Modern yang Berbagi Peran Pengasuhan Anak, Jum’at, 02 Februari 2018, sebagaimana diunduh dari situs https://www.vemale.com/keluarga/ 111382-bapak-rangkul-komunitas-suami-modern-yang-berbagi-peran-pengasuhan-anak.html