Oleh: Muhammad Saeroni*

 

Anak merupakan amanah Allah yang ditipkan kepada kedua orang tua. Artinya kedua orang tua berkewajiban untuk merawat, mengasuh, mendidik dan membesarkannya hingga ia dewasa. Kedua orang tuanyalah yang memiliki tanggungjawab untuk mewarnai kehidupan anaknya. Dalam Islam, anak (manusia) tidak hanya dipandang sebagai entitas fisik dan psikhis semata, namun juga ruhani. Bahkan sebelum manusia terlahir ke dunia, manusia telah eksis di alam ruhani. Surat al A’araf ayat 172 menyebutkan bahwa manusia sebelum terlahir ke dunia telah mengikat janji dengan Tuhannya, berupa pengakuan mengenai ke-Esa-an Allah, sebagai satu-satunya Tuhan, dan manusia adalah hamba-Nya. Oleh karenanya, ia lahir dalam keadaan suci atau Fitri. Dan dimensi spiritual dalam pengasuhan anak ini jarang mendapatkan perhatian Padahal tujuan pengasuhan adalah untuk memaksimalkan pertumbuhan anak baik secara fisik/jasmani,mental/psikhologis dan ruhani/spiritual. Dan hal ini bahkan telah dimulai sejak sebelum terjadi konsepsi  ̶ yaitu sebelum terjadi pembuahan, saat bertemunya sperma dan sel telur dalam rahim ibu ya ̶itu sejak anak masih dalam alam ruhani hingga anak usia dewasa.

Peran Ayah pada Masa Pra Kehamilan

Penelitian menunjukkan bahwa orangtua memiliki pengaruh terhadap kesehatan dan perkembangan anak dengan cara mewariskan DNA dan kondisi genetik tertentu. Selama ini kondisi yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan kesehatan anak selalu dikaitkan pada ibu (perempuan). Bahkan ketika ada pasangan yang tidak segera memiliki anak setelah menikah, maka perempuanlah yang lebih dulu dicurigai bermasalah. Padahal sesungguhnya kedua orang tuanya (ayah dan ibu) memiliki kontribusi yang seimbang dalam menyumbang kromosom untuk anaknya.

Kondisi kesehatan dan kebiasaan ayah, seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat mempengaruhi kesehatan anak, sekalipun istrinya dalam kondisi sehat, tidak merokok atau mengkonsumsi alkohol. Seorang ayah yang obesitas, yang gennya sudah termodifikasi, kemungkinan besar akan menurunkan gen yang telah termodifikasi pada anaknya sehingga rentan obesitas. Konsumsi alkohol seorang ayah, juga bisa meningkatkan resiko anak menderita fetal alcohol syndrome (sindrome alkohol janin) yang dapat berpengaruh terhadap berat bayi lahir rendah, gangguan perkembangan otak dan kemampuan kognitif yang rendah.

Kondisi psikologis ayah, seperti stres dan depresi dapat mempengaruhi perilaku anak ketika beranjak besar. Ayah dengan tingkat stres  psikologis yang tinggi dapat memiliki anak dengan gangguan perilaku. Studi di Norwegia yang melibatkan 31.000 anak dengan 3% ayah yang dilaporkan menderita gangguan kesehatan mental menyatakan bahwa anak-anak yang ayahnya dilaporkan menderita tekanan psikologis cenderung lebih memiliki risiko gangguan perilaku dan emosi saat usia balita. Kondisi psikologis tersebut, dapat mempengaruhi kondisi tubuh yang kemudian melakukan adaptasi dengan proses epigenetik yang kemudian bisa diwariskan.

Oleh karena itu peran orang tua dalam pengasuhan anak, telah bisa dimulai jauh sebelum terjadi konsepsi, yaitu sejak seseorang memilih calon ayah maupun calon ibunya. Demikian pula peran ayah dalam mempersiapkan anaknya telah bisa dimulai dengan mempersiapkan dirinya sendiri sebaik mungkin, baik secara fisik, psikologis maupun spritual agar mendapatkan anak yang baik. Seorang ayah yang melihat istri dan calon anaknya secara ruhani, ia akan cenderung memperlakukannya dengan cara yang ma’ruf, dengan akhlak yang mulia, karena menyadari eksistensi dirinya sebagai sesama hamba Allah. Hanya Allah-lah yang berkuasa atas diri mereka. Bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak-Nya.

Peran Ayah pada Masa Kehamilan

Peristiwa kehamilan dan pertumbuhan janin dalam rahim ibu merupakan peristiwa yang luar biasa menakjubkan dalam perkembangan manusia. Ayah dapat belajar memahami tahap-tahap perkembangan janin dalam masa kehamilan dan kenali kondisi fisik dan psikologis ibu dalam proses tersebut. Kemudian identifikasi hal-hal baik apa yang dapat dilakukan ayah untuk mendukung proses pertumbuhan janin dan perubahan kondisi ibu selama kehamilan. Memberikan perhatian pada ibu janin, sering mengajak berbicara dan mendiskusikan kondisi kehamilan dan persiapan-persiapan melahirkan. Memperhatikan asupan gizi dan makanan yang sehat, memeriksakan kehamilan secara rutin dan aktif mendampingi istri saat berkonsultasi dengan dokter, sehingga mengerti betul perkembangan janin dan kondisi kehamilan istrinya, serta kebutuhan ibu dan janin pada masa kehamilan. Ayah dapat sering-sering berkomunikasi dengan janin saat dalam kandungan baik secara fisik maupun secara ruhani, misalnya dengan bercerita ataupun dengan mengaji (memperbanyak dzikir dan membaca ayat-ayat Allah) dan berdoa, karena saat itu terjadi peristiwa penting dimulainya kehidupan pada saat ditiupkannya ruh ke janin pada usia sekitra 120 hari dalam rahim (lihat QS. As Sajadah: 7-10 dan Al Mu’min: 67). Karena itu ikhtiar secara ruhani pada periode ini juga sangat dianjurkan dalam Islam. Komunikasi ayah atau orang tua dengan janin ini bisa menjadi pendidikan prenatal bagi anak.

Sebaliknya, perlakuan buruk terhadap ibu dan anaknya pada masa kehamilan dapat berpengaruh buruk terhadap kehamilan dan janin yang dikandungnya. Penelitian yang dilakukan Rifka Annisa di Purworejo menunjukkan bahwa ibu yang pada masa kehamilannya sering mengalami perlakuan buruk, seperti kekerasan, baik fisik, psikologis maupun seksual akan berpengaruh buruk terhadap kehamilannya. Ibu yang pernah mengalami kekerasan pada masa kehamilan beresiko terhadap berat bayi lahir rendah dan keguguran.

Pada masa kehamilan ini ibu akan mengalami perubahan fisik dan hormonal yang bisa mempengaruhi kondisi psikologis mereka. Ayah dapat belajar mengenai kondisi tersebut, sehingga bisa bersikap sabar dan penuh pengertian untuk memberikan dukungan dan perhatian.

Peran Ayah pada Masa Persalinan

Satu hal yang juga sangat penting bagi ayah adalah saat mempersiapkan kelahiran anak. Proses kelahiran adalah tugas berat seorang ibu, yang menguras tenaga, emosi dan pikiran. Karena itu dukungan seorang ayah sangatlah penting dan dibutuhkan, karena ayah tidak akan pernah bisa berjuang sebagaimana ibu saat ia melahirkan anaknya. Persiapkanlah rencana tempat untuk melahirkan dengan sangat baik agar ibu merasa aman dan nyaman. Buatlah beberapa skenario dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Misalnya lokasi yang mudah dijangkau, ketersediaan tenaga layanan yang dibutuhkan sesuai dengan perkiraan kondisi lahir dan hal-hal lainnya yang perlu dipertimbangkan.

Penting bagi seorang ayah mempelajari hal apa saja yang akan dilalui istri ketika proses persalinan, agar bisa mempersiapkan hal apa saja yang bisa dilakukannya pada situasi tersebut. Terlebih ayah seringkali dituntut untuk bertanggungjawab membuat keputusan. Maka bicarakanlah segala sesuatu dengan pasangan agar ayah bisa lebih memahami keinginan dan kondisi istrinya, sehingga bisa membuat keputusan yang tepat. Dalam konteksnya yang sekarang kehadiran ayah pada saat proses di ruang persalinan sudah dimungkinkan. Maka pelajari hal apa saja yang bisa dilakukan ayah dalam membantu istri melalui proses persalinan, sehingga bisa mendukung istri dan bahkan memberikan bimbingan pada istri untuk melalui tahap-tahap persalinan dengan sehat. Kehadiran ayah dalam ruang persalinan ini sangat berarti bagi seorang istri yang hendak melahirkan dan hal ini bisa meningkatkan empati, sekaligus meningkatkan hubungan emosional dengan pasangannya juga dengan anaknya. {}

 

*) Manager Program Rifka Annisa dan Pegiat Aliansi Laki-laki Baru (ALLB)

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here