Diasuh oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Pak Kyai yang terhormat, saya Ahmad Aziz, seorang suami serta ayah dari 3 putra-putri dimana si sulung adalah anak laki-laki yang beranjak remaja (hendak lulus SD). Menurut rencana kami serta kesediaannya sendiri, si Sulung akan melanjutkan pendidikannya di pesantren.
Dia telah dikhitan beberapa waktu yang lalu, namun sepertinya belum mengalami mimpi basah. Sebenarnya, saya ingin mendiskusikan hal-hal seperti ini dengannya sebagai bekal saat dia bertumbuh kembang tidak di dekat kami. Namun, saya masih sungkan membicarakannya karena bagi saya soal begini merupakan hal yang tabu. Tetapi di sisi lain, saya khawatir dia terjerumus ke dalam pergaulan bebas, mengingat beberapa kali kami dapati dia mencuri-curi kesempatan untuk merokok dengan beberapa orang temannya yang masih ABG juga.
Pak Kyai, apa yang harus kami lakukan sebagai orang tua? Mohon nasihatnya, dan terimakasih atas pencerahannya.
Wassalam,
Ahmad Azis, Ungaran
0856-2367xxxx
Jawaban KH. Muhyiddin Abdusshomad.
Bapak Ahmad Aziz yang kami hormati,
Keputusan Bapak untuk melanjutkan pendidikan anak ke pesantren adalah keputusan yang tepat sekali. Bapak telah melaksanakan amanah dari Allah swt. untuk mendidik anak dengan sebaik-baiknya sehingga tidak meninggalkan anak-anak kita dalam keadaan lemah. Allah berfirman:
وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا ٩
Artinya: “ Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang seandainya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. Al Nisa, 9).
Terdapat dua kelemahan yang sering dialami anak, yaitu kelemahan ekonomi dan kelemahan iman, yang harus ditanggulangi sedini mungkin dengan berbagai cara yang tepat. Untuk mengatasi kelemahan ekonomi, orang tua berkewajiban memberi bekal pelajaran berupa skill bertahan hidup dan bekerja dengan baik. Sedangkan penanganan kelemahan iman anak harus menjadi fokus perhatian penting orang tua dengan menemukan cara yang ampuh. Caranya yaitu orang tua wajib memberikan pendidikan agama yang memadai bagi anak-anaknya, sehingga ia tumbuh menjadi orang yang memiliki kesempatan lebih besar meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Ada dua hal yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik anaknya. Pertama, pastikan dia bergaul dalam komunitas yang baik. Orang tua tidak boleh mengabaikan pergaulan anak-anaknya. Jika seorang anak berteman akrab dengan seseorang, kenalilah profil orang tersebut lebih dalam. Seandainya temannya tidak membawa dampak positif, sebaiknya orang tua memberi arahan dengan cara yang dapat diterima sang anak. Bagaimanapun juga, perilaku seseorang seringkali terpengaruh atau dipengaruhi perilaku teman-temannya.
Dalam sebuah Syair disebutkan: “Anil mar-i laa tas-al wasala qariinihi, Fakullu qariinin bilmuqaarini muqtadi.” (Tentang seseorang tak perlu kau tanyakan, tapi tanyalah siapa temannya. Semua teman menunjukkan perangai orang yang ditemani). (Ta’lim al Muta’allim, 17). Kita sebagai orang tua sebisa mungkin mengupayakan agar anak kita dekat dengan orang-orang shalih dan para ulama.tujuannya apa? agar anak kita sedikit banyak mendapat faedah dari mereka. Hal ini diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya:
وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا ٢٨
Artinya : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang kalbunya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS Al-Kahfi, 28)
Zaman sekarang sangat langka mendapati seorang anak tumbuh menjadi orang baik di tengah pergaulan yang buruk. Oleh sebab itu, orang tua harus proaktif dalam menentukan lingkungan pergaulan anaknya. Bila hal ini terlambat dilakukan, maka paparan hal-hal negatif akan menjadi kebiasaan dan watak yang terekam dalam alam bawah sadarnya sehingga sulit sekali diubah. Mencari jawaban bersama atas soal ‘mimpi basah’ dengan membaca buku tentang kesehatan reproduksi atau menelusuri internet bersama misalnya, patut diapresiasi sebagai langkah untuk membangun dialog dan menanamkan kepercayaan terhadap anak dan nilai-nilai bahwa ia harus menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Kedua, orang tua harus selalu mendoakan anak-anaknya. Sekeras apapun sebuah usaha takkan menuai hasil maksimal tanpa adanya doa. Kita hanya bisa berencana, sedangkan Allah-lah yang menentukan hasilnya. Nabi Ibrahim pun sebagai kekasih Allah masih senantiasa mendo’akan bagi kebaikan anak-anaknya :
ربّ اجعلنى مقيم الصّلوة ومن ذرّيّتى ربّنا وتقبّل دعاء
Artinya : “Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.”
Seorang Khalilullah (kekasih Allah) seperti Beliau saja masih merasa perlu untuk mendoakan keturunannya. Apalagi kita sebagai orang biasa di hadapan Allah swt. Seyogianya kita kita tak bosan-bosan mendoakan kebaikan anak-anak di dunia dan akhirat. Di antara doa lain yang sepatutnya selalu kita baca adalah doa para ‘Ibadur Rahman ‘(hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah) yang diabadikan dalam Alquran sebagai berikut:
رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا ٧٤
Artinya : “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orangorang yang bertakwa”. (QS. Al Furqan : 74)
Dengan kedua usaha inilah, insya Allah anak Bapak nantinya akan tumbuh menjadi anak yang saleh dan membanggakan kedua orang tuanya, baik di dunia maupun akhirat. {}