Teknologi telah memberikan aneka kemudahan dalam kehidupan santri. Jika zaman dulu seorang santrimemerlukan waktu banyak untuk menanak nasi,memasak air, mencuci baju, bergerak kesana kemari, kini tinggal gunakan rice cooker, dispenser, mesin cuci, dan motor atau bahkan mobil. Dulu santri menunggu cukup lama untuk menerima kiriman uang orangtua melalui wesel, antri untuk bisa menelpon orangtua melalui wartel, kini mereka bisa memanfaatkan ATM dan telepon genggam. Demikian halnya dalam proses belajar-mengajar. Teknologi memungkinkan para santri memiliki ribuan kitab kuning tanpa perlu membelinya ke toko buku karena telah tersedia aplikasinya. Misalnya Maktabah Syamilah yang berisi sekitar enam ribu seratus sebelas kitab kuning yang meliputi beragam disiplin ilmu keislaman dari klasik hingga modern. Bagi pesantren yang hanya ingin mengakses kitab-kitab kuning berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah (aswaja) dapat mengunduh aplikasi Syumila NU yang juga berisi kitab-kitab kuning plus amaliyah NU dan dijamin tidak mengandung distorsi (tahrif) yang dilakukan oleh kalangan Salafi Wahabi. Para santri juga kini bisa menikmati metode belajar mengajar yang lebih kreatif dan variatif dengan menggunakan laptop dan LCD sehingga mata pelajaran sejarah tidak lagi membosankan karena dapat dilakukan dengan cara menonton dan mendiskusi-kan film-film yang relevan. Misalnya sejarah hidup ulama besar Ibnu Rusyd dalam film berjudul Le Destin atau al-Mashir.
Di sini lain, teknologi juga membanjiri santri dengan beragam informasi tanpa batas, termasuk informasi palsu, tidak sejalan dengan akidah yang diyakini, mengandung unsur SARA, atau mengandung unsur pornografi. Bagi santri pemilik handphone yang tersambung dengan internet, informasi sejenis ini terus berseliweran dalam genggaman tangan mereka tanpa bisa disensor oleh pengasuh dan para ustadz. Lambat laun informasi semacam ini mengendap dalam pikiran kemudian mem-pengaruhi perilaku santri. Kemajuan teknologi komunikasi juga membawa pergeseran nilai. Perbincangan tentang seksualitas yang semula tabu misalnya, kini semakin terbuka di media sosial dan bisa diakses oleh anak segala umur.
Sayangnya tidak semua informasi tentang seksualitas mengandung unsur edukasi. Pada umumnya justru menyesatkan. Banyak sekali virus-virus yang mengandung unsur pornografi sehingga pengguna internet termasuk anak-anak dan remaja dapat dengan mudah tersesat di situs-situs berisi informasi tentang seksualitas yang hanya mengumbar nafsu syahwat.
Kemajuan teknologi informasi telah memberi manfaat sangat besar sekaligus mudharat signifikan bagi santri. Pelarangan total bagi santri untuk memanfaatkan teknologi informasi dapat mengakibatkan mereka gagap teknologi dan informasi sehingga tidak mampu menyikapi serbuan informasi secara proporsional ketika berada di luar pesantren. Namun demikian, membiarkan mereka berselancar di dunia maya untuk mengakses informasi secara bebas juga sama dengan membiarkan mereka menjadi korban aneka informasi yang tidak bertanggungjawab. Dalam era globalisasi seperti ini, pesantren mempunyai pekerjaan serius baru yakni mendampingi para santri agar bisa menyikapi perkembangan teknologi informasi secara arif. Karena pada saatnya, santri akan kembali ke masyarakatnya tanpa dampingan para ustadz dan pengasuh.
Salah satu cara menumbuhan sikap arif dan bertanggungjawab pada santri dalam memanfaatkan teknologi informasi adalah dengan memberi kesempatan untuk mendiskusikan secara keilmuan informasi tentang seksualitas yang selama ini dipandang tabu, namun kini telah dibicarakan secara terbuka di media sosial dan dunia maya secara umum.
Alquran sendiri tidak memandang tabu pembicaraan tentang seksualitas. Alat kelamin (furuj) disebut sebanyak tujuh kali di QS. al-Ahzab/33:35 dan an-Nur/24:30-31, al-Mu’minun/23:5, al-Ma’arij/70:19, sperma di QS. ath-Thariq/86:6-7, menstruasi di QS. al-Baqarah/2:222,hubungan seksual di QS. al-Baqarah/2:197, 187,223, 228,kehamilan di QS. al-Mu’minun/23:12-14, as-Sajdah/32:7-9, az-Zumar/39:6, al-Ahqaf/46:15, persalinan QS. al-Ahqaf/46:15, Luqman/31:14, dan pemberian ASI QS. al-Ahqaf/46:15, Luqman/31:14, al-Baqarah/2:233.
Baca Juga:
Tafsir 2: Cara Membincang Seksualitas
Tafsir 3: Strategi di Pesantren