Meskipun sesungguhnya ”agama” menurut pengertian dalam Bahasa Sanskerta itu bermakna ”tidak kacau”, namun realitasnya hingga kini masih banyak orang yang justru membuat kekacauan dan tindak kekerasan di muka bumi justru dengan mengatasnamakan agama. Kebiasaan untuk berbuat kerusakan ini, nampaknya sudah diprediksi oleh malaikat sebelum Allah swt. menciptakan manusia (Adam) di muka bumi. Dalam Alquran pada QS. Al Baqarah; 30 dinyatakan protes malaikat mengenai hal ini.
Artinya :
” Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya”. (QS. Al Baqarah : 30)
Akan tetapi rupanya Allah swt. justru berkehendak lain. Melalui sebuah agama ”Islam” yang kita kenal, ternyata pesan mengenai ”salam” yang memiliki akar kata s-l-m (baca : ’sin’,’lam’ mim’ ) yang sama dengan nama agama ini disampaikan. Selain itu Allah swt. juga mengutus Nabi dan Rasulnya Muhammad untuk menjadikan Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tentu saja, hal itu akan terjadi bila manusia dapat mengatasi berbagai konflik yang terjadi dalam ruang kehidupannya.
Dalam konteks sejarah Islam, sepeninggal Nabi, perempuan juga memiliki catatan penting pada masa awal hadirnya konflik politik Sunni dan Syiah. Salah satu kisah paling popular adalah kisah Perang Jamal dimana Sayyidah Aisyah ra., istri Baginda Rasul menjadi pemimpin perang melawan Ali bin Abi Thalib. Disebut Perang Jamal, karena Sang Humairah dengan gagah perkasa mengendarai unta. Konflik ini berlanjut dengan hadirnya perang Shiffin yang terjadi antara Muawiyah dan Ali dan para pengikutnya. Kisah lainnya, pada masa Rasul terdapat salah seorang istri sahabat yang bernama Ummu Salamah yang harus terpisah dari suami dan anaknya akibat perang. Sejak terpisah dengan suami dan anaknya, setiap pagi Ummu Salamah pergi ke tanah lapang dan duduk sambil menangis. Hal itu dilakukan selama setahun, hingga pada suatu hari seorang sepupunya dari Bani Mughirah melihatnya dan berkata kepada keluarga Bani Mughirah yang lainya, “Tidakkan kalian merasa simpati terhadap perempuan malang itu? Kalian telah memisahkannya dari suami dan anaknya.” Kedua cerita di atas menunjukkan bahwa di dalam konflik, perempuan bisa memiliki dua posisi baik sebagai aktor maupun sebagai korban. Namun tentunya posisi sebagai korban menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam.
Saatnya kita kembali mengingatkan bahwa pesan damai adalah misi utama hadirnya Islam. Dalam salah satu hadis Rasulullah dinyatakan “Sebarkanlah perdamaian, dan berilah makan (kepada yang memerlukan), dan jadilah kalian semua saling bersaudara, sebagaimana Allah Azza wa Jalla memerintah kalian semua.” (HR. Ahmad, dalam kitab Baqi Musnad al-Mukatstsirin min ash-Shabah, No. 6161).
Dalam berbagai ceramah keagamaan, para ustadz juga seringkali menyitir hadis Nabi yang menyatakan bahwa sesama kita dilarang untuk bermusuhan dan mendiamkan saudaranya lebih dari 3 hari. Tentunya, ajaran ini tidak terlepas dari pentingnya saling berkomunikasi untuk menghindari salah paham dan konflik yang berkepanjangan.
Lebih jauh kita perlu mengkaji kembali pesan untuk saling ber-ta’aruf sebagaimana diungkapkan dalam QS. Al Hujurat : 13.
Artinya :
” Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “ (QS. Al. Hujurat : 13).
Mudah-mudahan, dengan senantiasa saling bersilaturahmi, kita dapat menjadi lebih saling memahami sehingga akan terhindar dari berbagai bentuk pertikaian, perselisihan, maupun konflik di muka bumi. Dengan demikian, upaya kita untuk merajut perdamaian memang berangkat dari kesadaran yang hakiki. Insyaallah! {}AD. Kusumaningtyas
Baca Juga:
Fokus 1: Kepemimpinan Perempuan di Wilayah Konflik
Fokus 2: Menggali Sejarah Perempuan dalam Situasi Konflik
Fokus 3: Perempuan sebagai Agen Perdamaian
Fokus 4: Kepemimpinan Perempuan dalam Transformasi Konflik
____________
[1] Lihat dalam tulisan berjudul Amnesty International Tuntut Perlindungan Perempuan di Daerah Konflik, sebagaimana dikutip dari situs http://www.dw.de/amnesty-international-tuntut-perlindungan-perempuan-di-daerah-konflik/a-3245458
[2] Lihat dalam tulisan berjudul Komnas Perempuan Kritisi Kebebasan sebagaimana dikutip dari situs http://yahanayahanu.blogspot.com/2012/11/komnas-perempuan-kritisi-kebebasan.html
[3] Lihat tulisan Diyah Irawati, Kekerasan Terhadap Perempuan di Wilayah Konflik sebagaimana dikutip dari Harian Republika, Selasa, 13 Agustus 2002
[4] Lihat hasil wawancara dengan Desti Murdijana, Wakil Ketua Komnas Perempuan pada 5 Agustus 2012, Kekerasan Seksual Menjadi Alat Teror dalam Setiap Konflik , sebagaimana diunduh dari situs http://www.komnasperempuan.or.id/2011/08/kekerasan-seksual-menjadi-alat-teror-dalam-setiap-konflik/
[5]Lihat dalam tulisan mengenai Perang Bubat sebagaimana dikutip dari situs http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Bubat
[6] Lihat dalam tulisan berjudul Perempuan dalam Situasi Konflik yang dikutip dari Kerangka Acuan Kegiatan Seri Diskusi Tematik Komnas Perempuan dalam Pameran Foto Jugun Ianfu (12 Agustus – 12 September 2010), sebagaimana diunduh dari situs http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2010/08/Perempuan-dalam-Situasi-Konflik.pdf
[7] Lihat dalam tulisan , Djogdja Tempo Doeloe : Gadis Jogja Masuk Funjinkai 1944, 07 Sep 2010 sebagaimana dikutip dari situs http://www.tembi.net/id/news/yogyakarta-tempo-doeloe/gadis-jogja-masuk-fujinkai-1944-3223.html
[8] Lihat artikel mengenai Jugun Ianfu sebagaimana dikutip dari situs http://id.wikipedia.org/wiki/Jugun_ianfu
[9] Lihat tulisan Asvi Warman Adam, Sejarwan LIPI berjudul Sepuluh kontroversi Lubang Buaya, yang diterbitkan oleh Koran SINDO, Senin, 1 Oktober 2012, sebagaimana diunduh dari situs http: //nasional.sindonews.com/ read/2012/10/01/18/676015/sepuluh-kontroversi-lubang-buaya
[10] Lihat dalam tulisan Ema Arifah/Arwani berjudul Duka Perempuan Aceh, 23 September 2012, sebagaimana dikutip dari situs http://www.vhrmedia.com/2010/mobile/detailmobile.php?.e=6142
[11] Lihat tulisan berjudul Suara Perempuan http://forjusticeandpeace.wordpress.com/suara-perempuan-suara-perdamaian/
[12] Lihat tulisan berjudul Konsep Pengarusutamaan Gender dalam Upaya Menciptakan Perdamaian, sebagaimana dikutip dari situs http://wri.or.id/id/pengembangan kapasitas workshop/Konsep Pengarusutamaan Gender dalam Upaya Menciptakan Perdamaian
[13] Lihat tulisan berjudul Tiga Wanita Pemenang Nobel Perdamaian 2011, Jum’at, 7 Oktober 2011, sebagaimana dikutip dari situs http://dunia.news.viva.co.id/news/read/253646-nobel-perdamaian-tahun-ini-milik-3-wanita
[14] Lihat tulisan berjudul Peran Perempuan Dalam Masyarakat , Sabtu 28 Agustus 2010 sebagaimana dikutip dari situs http://nur-ulfah-a2.blogspot.com/2010/08/peran-perempuan-dalam-masyarakat.html
[15] Lihat tulisan Lambang Trijono, Genuinitas Perempuan dalam Pembangunan Perdamaian, sebagaimana dikutip dari situs http://amanindonesia.org/discourse/2010/09/30/genuinitas-perempuan-dalam-pembangunan-perdamaian.html
[16] Lihat dalam tulisan Devin E. Bramhall berjudul Institute Mosintuwu: A Place for Poso Women, 12 Juli 2011, sebagaimana disarikan dari situs http://www.thejakartapost.com/news/2011/07/12/institute-mosintuwu-a-place-poso-women.html
[17] Lihat kembali tulisan Lambang Trijono, Genuinitas Perempuan dalam Pembangunan Perdamaian, sebagaimana dikutip dari situs http://amanindonesia.org/discourse/2010/09/30/genuinitas-perempuan-dalam-pembangunan-perdamaian.html
[18] Lihat kembali tulisan berjudul Konsep Pengarusutamaan Gender dalam Upaya Menciptakan Perdamaian, sebagaimana dikutip dari situs http://wri.or.id/id/pengembangan kapasitas workshop/Konsep Pengarusutamaan Gende dalam Upaya Menciptakan Perdamaian
[19] Lihat kutipan tulisan Toisuta dkk., 2007).
[20] Lihat tulisan berjudul Perempuan Penyebar Perdamaian di Poso, Kamis 2 Mei 2013, sebagaimana disarikan dari situs http://lazuardi-birru.blogspot.com/2013/05/perempuan-penyebar-perdamaian-di-poso.html
[21] Lihat langsung pada website AMAN Indonesia di http://amanindonesia.org/agenda.html
[22] Lihat tulisan Baihajar Tualeka : Penyuara Perdamaian di Bumi Ambon , yang disajikan dalam Digital Edition Koran Jakarta, Rabu, 12 Juni 2013, sebagaimana diunduh dari situs http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/114767
[23] Lihat tulisan Wanita aktivis HAM Indonesia mendapat penghargaan atas karya-karyanya melawan kekerasan, sebagaimana dikutip dari situs http://www.undp.or.id/press/view.asp?FileID=20121014-1&lang=id