Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, membuat gebrakan dengan berencana membuat kebijakan penyebaran kondom bagi pelaku seks beresiko. Seks beresiko yang dimaksud Menkes adalah setiap hubungan seks yang beresiko tertular penyakit dan atau beresiko kehamilan yang tidak direncanakan. Hal ini disampaikan pada konferensi pers pertama Menkes pada pertengahan Juni 2012 lalu.
Pernyataan Menkes tersebut dilatarbelakangi oleh tingginya angka hubungan seks berisiko. Hasil survei untuk beberapa wilayah di Indonesia, seks beresiko juga dilakukan beberapa remaja, misalnya saja di Surabaya tercatat 54 persen, di Bandung 47 persen, dan 52 persen di Medan. “Hasil penelitian di Yogya dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37 persen mengalami kehamilan sebelum menikah,” kata Sugiri Syarief kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dari data BKKBN diketahui, perkiraan jumlah aborsi di Indonesia per tahun mencapi 2,4 juta jiwa. 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja.
Penyataan Menkes yang akan berkampanye kondom pada kelompok beresiko tersebut mendapat penolakan dari sejumlah organsasi massa Islam.
Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas kepada Jurnal Nasional, Minggu (24/6). Upaya menekan penularan penyakit menular seksual melalui kampanye penggunaan kondom di kalangan remaja dan masyarakat pada umumnya, dinilai sesuatu hal yang keliru. “Itu sesuatu yang naif dan keliru,” nilainya.
Penolakan serupa juga disampaikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama secara tegas menolak rencana sosialisasi penggunaan kondom kepada pelaku seks berisiko yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan. Mereka menolak dengan alasan, kegiatan itu membuka jalan menuju seks bebas. “Kami menolak rencana Ibu Profesor Doktor Nafsiah Mboi. Kami sangat kaget dengan rencana itu, karena seakan-akan mentolerir seks bebas. Hal ini sangat berbahaya,” ujar Ketua PBNU, Said Aqil Siroj, seperti dirilis detik.com, Kamis (28/6).
Selain penolakan ada juga yang mendukung. Suara itu disampaikan Arimbi Heroepoetri, Komisioner Komisi Nasional Perempuan sekaligus Ketua Subkomisi Pemantauan. Ia mendukung kampanye kondomisasi yang direncanakan oleh Kementerian Kesehatan. “Saya lihat sebagai salah satu bentuk pemahaman Menkes Nafsiah soal masalah reproduksi, menurut saya ini sudah benar jalannya,” ujar Arimbi. (ANTARA News, Kamis (28/6).
Dengan banyaknya penolakan dari organisasi keagamaan, Menkes kemudian memberikan penjelasan (klarifikasi) melalui penanyangan video di internet. Dalam penjelasannya, Menkes mengulangi penjelasannya tentang seks beresiko dan menegaskan bahwa tidak ada pembagian kondom kepada anak muda, “tidak ada pembagian kondom di kalangan usia muda”.
Dalam kesempatan bertemu dengan sejumlah organisasi massa Islam Menkes mengatakan “Saya dengan penuh keyakinan tidak setuju membagikan kondom pada anak-anak muda kita, sama sekali tidak,” tegas Menkes sebagaimana diberitakan di website Departemen Kesehatan akhir Juni lalu.
Menurut Menkes, untuk menanggulangi persoalan di atas, program Kemenkes untuk mensosialisasikan agar generasi muda menjauhi perilaku seks beresiko melalui kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu). Selain meningkatkan pengetahuan pada remaja, Menkes juga menilai peningkatan pendidikan agama, pendidikan moral, pendidikan kesehatan reproduksi dan konseling juga penting karena hal inilah yang dapat mengubah perilaku.
Menkes lebih lanjut mengatakan “Tujuan Kemenkes utama dan pertama adalah kuatkan iman dan ketahanan generasi muda kita supaya tidak terjerumus ke dalam perilaku seks beresiko, apakah itu seks bebas, penggunaaan narkoba yang menghilangkan sama sekali pikiran akal sehat”. (Dari berbagai sumber). MM