”Kutu kelamin itu sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang, dan saat ini apakah masih ada?”
Itulah salah satu pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang peserta pada acara Diskusi Publik ”Islam dan Kesehatan Reproduksi Remaja” pada 28 Mei 2011. Loveria Sekarini (love), salah satu narasumber kemudian menjawab bahwa penyakit kutu kelamin itu sampai sekarang masih ada. Bentuknya hitam, menempel pada bagian kulit dan mirip dengan kutu kepala di rambut serta berada pada sekitar bulu kelamin yang lebat dan kotor.
Acara yang bertempat di Gedung Panasonic Manufacturing Indonesia Jakarta Timur ini dihadiri oleh kurang lebih 84 peserta berasal dari mahasiswa, aktivis kelompok studi maupun organisasi-organisasi intra maupun ekstra di lingkungan Universitas Gunadarma, serta aktivis pemerhati isu-isu Islam dan Hak Perempuan. Acara ini merupakan bentuk kerjasama antara Rahima dengan kelas IKA17 Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Jurusan Sistem Informatika Universitas Gunadharma Kelapa Dua, Depok.
Love dari ARI (Aliansi Remaja Independent) banyak memberi materi dasar tentang kesehatan reproduksi remaja dari mulai definisi sehat, kesehatan reproduksi, mengenal organ reproduksi laki-laki dan perempuan, proses haid, mimpi basah, hamil, dan sebagainya.
Narasumber yang lain, Ara Koswara dari PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencara Indonesia) DKI Jakarta banyak mengungkapkan tentang pengalaman menangani pengaduan terkait PMS pada remaja. Selama tahun 2010, ada sekitar 5000 kasus tentang kesehatan reproduksi dan 3000 lebih diantaranya adalah kasus yang dialami remaja. Berbagai kasus yang masuk antara lain chlamydia, gonorhea, siphilis, raja singa, bahkan HIV/AIDS. Karena itulah pendidikan dan informasi dini tentang kesehatan reproduksi bagi remaja penting dilakukan. Apa yang diharapkan oleh Ara ini juga diungkapkan oleh AD. Eridani, direktur Rahima, saat pembukaan acara.
Narasumber terakhir, Nur Achmad (Dosen Tafsir Hadist dari Universitas Achmad Dahlan, Jakarta) banyak menceritakan bagaimana pandangan Islam tentang kesehatan reproduksi. Menurutnya, menjaga kesehatan reproduksi adalah bagian dari ajaran Islam sebagaimana yang tertuang di dalam tujuan Islam menurut al-Ghazali, salah satunya adalah menjaga diri dan keturunan. Menjaga keturunan ini erat kaitannya dengan memelihara kesehatan reproduksi agar menghasilkan generasi yang berkualitas. Hal lain yang disampaikan oleh Mas Nur terkait Sunat Perempuan. Menurutnya, Sunat Perempuan belum ditemukan manfaatnya dalam agama, bahkan menurut medis tindakan itu akan mendatangkan kemadharatan bagi perempuan sendiri.
Diskusi yang dimoderatori oleh Pera Soparianti ini mengundang banyak pertanyaan dari para peserta. Mereka terlihat semangat dan antusias menanyakan tentang berbagai permasalahan seperti keputihan, sakit ketika haid, aborsi, perbedaan madhi, wadhi, dan mani dalam fiqh dan sebagainya. Di akhir acara enam orang penanya terbaik mendapat doorprize berupa buku cerpen ”Kembang Perawan” yang diterbitkan Rahima. Dengan diskusi ini, diharapkan para peserta akan lebih memahami kesehatan reproduksinya sehingga mereka dapat berprilaku sehat dan bertanggungjawab. Wassalam.[] (Shofa)