”Kolom-kolom Julia menawarkan model keberagamaan yang substantif, bukan pemahaman keislaman yang normatif dan formalis”
Kutipan di atas merupakan penyataan dari Kyai Husein Muhammad selaku pembahas buku Jihad Julia: Pemikiran Kritis dan Jenaka Feminis Pertama di Indonesia, yang dibedah oleh Rahima bekerjasama dengan Mizan di toko buku MP Book Point Cipete, Jakarta Selatan, 19 Februari 2011 yang lalu. Buku ini merupakan terjemahan dari kolom-kolom pilihan Julia Suryakusama, yang sudah diterbitkan di media cetak berbahasa Inggris yaitu The Jakarta Post dan Majalah Tempo Berbahasa Inggris.
Kehadiran buku Julia yang berbahasa Indonesia ini disambut baik oleh para audience yang memenuhi ruang diskusi di dalam toko buku MP Book Point, mengingat selama ini Julia lebih dikenal sebagai kolumnis yang menulis dalam bahasa Inggris. Tak terkecuali, para pembahas buku yaitu Kyai Husein Muhammad dan Agustriani Muzayyanah (salah satu mitra Rahima; peserta program Pengkaderan Ulama Perempuan) mengusulkan agar Julia menerjemahkan tulisan dan bukunya ke dalam bahasa Indonesia sehingga dapat diakses oleh khalayak luas.
Julia adalah penulis yang fenomenal. Kolom-kolomnya hampir selalu menjadi rujukan penting bagi kalangan akademisi, pemerhati Indonesia, dan aktivis baik di dalam mapun di luar negeri. Penulis buku Sex, Power, and Nation: An Anthology of Writings, 1979-2003 (Metafor Pub., 2004) ini terkenal tajam dan kritis, namun humoris dan sekaligus satiris di setiap penulisannya. Di kalangan aktifis pembela hak-hak perempuan, Julia dikenal sebagai salah seorang feminis terkemuka dengan berbagai karyanya tentang isu-isu gender di Indonesia.
Indonesia, Muslimah, dan Feminis
“Buku ini adalah mozaik tentang Indonesia. Jadi, setiap icon menggambarkan tentang kondisi Indonesia dengan berbagai variasi tema. Namun, yang menyatukan itu semua adalah yang partikular ke universal”, ungkap Julia menjawab pertanyaan salah seorang peserta mengenai keragaman tema tulisannya di buku tersebut. Hampir semua tulisan dalam kolomnya senantiasa diawali oleh refleksi pengalaman pribadinya dalam kehidupan sehari-hari; dalam kesadarannya tentang Indonesia maupun pergaulannya di komunitas internasional. Personal is political, mungkin itulah motto Si Penulis.
Menariknya lagi, meskipun latar belakang Julia tidak pernah mengenyam pendidikan formal keislaman, tetapi dia banyak menulis tentang tema-tema yang berkaitan dengan Islam, seperti terorisme dan radikalisme agama. Julia banyak menyindir praktik-praktik keberagamaan umat Islam yang formalis, tetapi seringkali melupakan pesan inti dari agama itu sendiri. Menurutnya, formalisme mereduksi makna terdalam dari keberagamaan, mengalahkan akal sehat dan mengingkari toleransi, mengalahkan kebenaran dan keadilan, solidaritas dan keimanan kepada Tuhan.
Atas dasar itulah kata ”Jihad” sengaja penulis gunakan untuk menjadi judul buku dengan maksud untuk mengklaim kembali makna jihad yang seringkali dipakai oleh para teroris untuk melegitimasi aksi-aksi mereka. Padahal makna jihad yang sebenarnya adalah jihad intelektual dan spiritual.
Agustriani Muzayyanah (pembahas kedua) menyatakan rasa salut kepada penulis, sebab sebagai seorang muslimah, Julia tidak hanya sibuk dengan urusan Tuhan yang ritualistik, tetapi juga melek terhadap realitas sosial. Kepedulian Julia untuk mengangkat tema-tema tentang kehidupan orang kecil sangatlah kontras dengan latar belakangnya sebagai anak seorang diplomat yang hidup di berbagai belahan dunia.
Itulah keunikan Julia. Sebagai warga negara Indonesia, muslimah dan feminis, dirinya sadar bahwa banyak persoalan yang terjadi di negeri ini terutama terkait dengan nasib kaum perempuan yang seringkali menjadi korban akibat kebijakan-kebijakan negara yang diskriminatif dan juga interpretasi-interpretasi agama yang memarginalkan peran perempuan. Disinilah letak keunggulan dari buku ini, dimana Julia berhasil mengemas isu-isu yang ’berat’ menjadi tulisan yang ’renyah’ dan ’gaul’ bagi pembaca Indonesia. Selamat, Mbak Julia! (Riri Khariroh)