Mission impossible! Barangkali itu adalah komentar yang pertama kali bakal terlontar dari mulut anda ketika membaca judul ini. Mana mungkin kekerasan; terutama kekerasan terhadap perempuan dapat dihapuskan semata melalui karya sastra maupun pengajian? Bukankah selama ini banyak media yang melanggengkan kekerasan, termasuk diantaranya tulisan dan pemberitaan di koran ataupun pemahaman keagamaan yang patriarkhis yang disosialisasikan melalui berbagai forum pengajian? Namun, bagi Rahima keduanya adalah tantangan. Oleh karenanya  pilihan kampanye penghapusan kekerasan terhadap perempuan  juga dilakukan melalui karya sastra (kumpulan cerita pendek) maupun forum pengajian. Ikhtiar tersebut dikemas dalam rangkaian kegiatan We can Campaign- Rahima yang dilaksanakan pada akhir tahun 2009.

Kegiatan ini dilaksanakan dalam format We Can Go to Campuss dan We Can Go to Community. Kegiatan Goes to Campus, dilaksanakan melalui kegiatan bedah buku antologi cerita pendek (cerpen) Rahima  yang berjudul Perawan : Kumpulan  Fiksi Pembela Perempuan dan Seminar bertema “Sastra sebagai Media Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan”. Buku berjudul Perawan sendiri adalah kumpulan dari 21 judul cerpen dalam berbagai edisi majalah Swara Rahima yang diterbitkan kembali dalam bentuk buku. Bedah buku ini dimaksudkan untuk menggali  bagaimana sastra dapat digunakan sebagi media pembelaan atas hak-hak perempuan.

Melalui kerjasama dengan dan partisipasi aktif dari berbagai elemen organisasi mahasiswa di lingkungan kampus UIN Ciputat seperti BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Kopri PMII Ciputat, Piramida Circle, dan Ciputat School kegiatan ini terselenggara. Oleh karenanya, sekitar 200 orang mahasiswa antusias memadati Ruang Teater Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah dalam  acara  ini. Empat orang pembicara dihadirkan dalam kegiatan ini. Yaitu AD.Kusumaningtyas, aktivis perempuan (yang juga merupakan wakil dari para penulis cerpen di buku kumpulan fiksi ini), Ida Ahdiah (cerpenis dan pemenang kumpulan cerpen terbaik Kompas 2008), Munfaizin Imamah atau Dino (aktivis mahasiswa dari Ciputat School), dan Dr.Rumadi (aktivis muda NU dan Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta). Bertindak sebagai moderator Abdullah Alawy (aktivis Piramida Circle).

Selain itu, kegiatan kampanye anti kekerasan oleh Rahima juga dilakukan dalam bentuk diskusi kampung (Goes to Community) melalui forum pengajian. Kegiatan  ini dilakukan di tiga majelis ta’lim yaitu Majelis Ta’lim Khotmul Qur’an (Serua, Ciputat), Majelis Ta’lim Nurul Hidayah (Kramat Jati), dan Majelis Ta’lim Khoirul Bariyyah (Kampung Sawah, Srengseng Sawah). Ketiga pengajian ini menghadirkan pembicara yaitu Ustadzah Dra. Siti Anshoriyah, MA. (alumni Program Pengkaderan Ulama Perempuan Rahima, dan pengasuh PP. Al Qur’aniyyah, Pondok Aren Bintaro). Dalam setiap ceramahnya, Ustadzah Aan dengan logat Betawinya yang kental, selalu menekankan pentingnya pesan-pesan anti kekerasan sebagai tauladan Rasulullah dan inti ajaran Islam.

Pengajian ‘ala’ Rahima yang juga memberikan kesempatan peserta untuk berdialog maupun ‘curhat’ ini pun disambut antusias oleh ibu-ibu di majelis ta’lim. Dari suami yang kawin lagi hingga anak yang terbiasa mendengarkan kata-kata kasar dari teman sepergaulan, menjadi topik hangat dalam  dialog mereka dengan Ustadzah Aan. Selain  itu  peserta pun pulang dengan membawa oleh-oleh satu paket media kampanye berupa buku Yasin dan Majmu’ Syarief lengkap dengan Shalawat Kesetaraan  dan hadis anti kekerasan. (Ning)

 

 

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here