Sebagai upaya mempererat silaturahmi dengan Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII DKI-Jakarta), Rahima kembali mengadakan Kursus Keluarga Sakinah II. Tepatnya 6-7 Juni 2009 lalu, di Wisma PPPPTK Bahasa, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Pesertanya adalah guru-guru PAI dari SMA/SMK/MA se-DKI yang memiliki peran strategis, membangun relasi setara antara laki-laki dan perempuan, terutama bagi siswa-siswi di sekolah. Caranya, dengan menyisipkan kesadaran relasi tersebut dalam tema “Munakahat” pada bahan ajar yang disampaikan pada siswa-siswinya.
Dalam acara yang dimulai pukul 09.00 WIB ini, ada beberapa sambutan antara lain oleh AD. Eridani (Direktur Rahima), Misa Mahfud (Ketua AGPAII DKI-Jakarta), dan Haidlor Ali Ahmad (Litbang Kehidupan Keagamaan Depag RI) yang sekaligus membuka acara. Dalam pidato Haidlor menyampaikan, ketika laki-laki dan perempuan menikah, umumnya istri lalu dilarang bekerja di luar rumah. Menurutnya, ini berarti masyarakat telah memutus akses bagi perempuan untuk bekerja. Akibatnya, ketika tulang punggung keluarga meninggal, perempuan yang tidak trampil bekerja cenderung mengambil jalan pintas. Cara pandang seperti ini dianggap bias gender karena merugikan perempuan. Sebab bekerja adalah hak setiap individu. Karenanya, pendidikan Keluarga Sakinah Rahima ini dinilai positif.
Forum dua hari ini dipandu Dr. Nur Rofiah dan AD Kusumaningtyas. Sebelum masuk materi Menuju Gerbang Pernikahan, mereka berdua mengajak peserta mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi menghalangi terciptanya keluarga sakinah. Dari peserta muncul persoalan-persoalan seperti, kurangnya komunikasi, tidak peduli terhadap masalah-masalah kecil, broken home, suami-istri sibuk kerja, ekonomi keluarga tak stabil, perbedaan sosial, dan poligami.
Sesi selanjutnya, peserta merasa tertantang dengan materi KH. Husein Muhammad tentang “Kesetaraan di Luar dan di Dalam Pernikahan”. Sebab dalam membahas sakinah-mawaddah-warahmah, dikaitkan dengan kekuasaan seseorang atas yang lain. Kyai Husein mengajak peserta kembali ke prinsip dasar agama yaitu “setara”. Karena Alquran menyatakan, “Wahai manusia, Aku ciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan, bersuku bangsa, untuk saling mengenal (menghargai, bekerja sama memenuhi kebutuhan keluarga). Yang paling unggul di antara kamu adalah yang paling bertakwa”. Inilah bukti bahwa lelaki – perempuan itu setara.
Di sesi lain, Masruchah menyampaikan seputar Hak, Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Hal ini dinilai sebagai pilar penting mewujudkan keluarga sakinah. Karena banyak hal yang perlu diperhatikan terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi perempuan. Misalnya, berapa kali perempuan akan hamil, melahirkan, dan menyusui, ia harus ambil peran aktif menentukan keputusan ini. Karenanya, diperlukan musyawarah suami-istri untuk bisa mengaturnya.
Dalam kursus ini disampaikan pula materi Menjalani Pernikahan (terkait KDRT) oleh Farha Ciciek. Sedang tema Jika Sakinah Gagal Diraih, disampaikan Nur Achmad. Kedua tema ini dibahas mendalam dalam diskusi kelompok. Selain diskusi kelompok, ada pula pemutaran flm, curah pendapat, dan tanya jawab.
Di akhir acara peserta membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL), secara individu, sebagai Guru Agama, dan juga rencana untuk AGPAII DKI-Jakarta. Asosiasi ini berniat melakukan revisi bahan ajar mata pelajaran Agama di sekolah, dengan menyisipkan wawasan yang diperoleh dari forum ini. Mereka berharap, ke depan kekerasan dalam rumah tangga, penelantaran ekonomi dan sebagainya, tidak akan terjadi lagi. [ ] Binta Ratih P.