Oleh: Ulfah Mutiah Hizma

Setelah An Nidzomiyah terlibat dalam program ODEL, pesantren ini berangsur-angsur menjadi “Pusat Belajar Masyarakat”. Anak-anak, remaja hingga orang tua baik lelaki maupun perempuan boleh memanfaatkan fasilitas yang ada, seperti mengikuti forum kajian, diskusi, hingga mengakses internet untuk belajar atau memperoleh informasi yang dibutuhkan [1].

Pendidikan jarak jauh bukanlah sesuatu hal baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Yang paling dikenal adalah Universitas Terbuka yang memulai programnya pada awal era 1980-an. Karena dianggap sukses, metoda pendidikan jarak jauh tersebut semakin dikembangkan. Salah satunya dikenal dengan istilah ODEL (Open, Distance and E-Learning) atau pendidikan terbuka dan jarak jauh melalui media elektronik (baca: internet).

ICIP (International Center for Islam and Pluralisme), sebuah lembaga non pemerintah internasional yang salah satu kantornya berada di Jakarta,  memanfaatkan metoda ODEL tersebut. Bekerjasama dengan the Ford Foundation, ICIP menginisiasi sebuah program yang diberi nama Pendidikan Jarak Jauh (ODEL) Transformasi Masyarakat Islam melalui Pesantren.

Menurut Syafi’i Anwar, Direktur ICIP, pesantren dipilih karena sejak lama kedudukannya sangat strategis di masyarakat yakni sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia dan terbukti memberikan kontribusi besar bagi sistem pendidikan yang mampu mengembangkan watak, karakter dan moral santri dalam masyarakat. Selain itu sejarah telah membuktikan bahwa pesantren mampu menjadi agen perubahan sosial, motivator dan penggerak dinamika pembangunan masyarakat.

Program ini, lanjut Syafi’i, mempunyai tujuan untuk mewujudkan komunitas pesantren yang akrab dengan perkembangan ICT (Information, and communication Technology) untuk pencerahan peradaban Islam yang peduli dengan kemanusiaan, terbuka dan berorientasi ke depan. Adapun harapannya, dapat memfasilitasi masyarakat pesantren dan sekitarnya dengan informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Melalui ODEL ini kaum muda yang putus sekolah (drop out) dapat melanjutkan pendidikan melalui program kesetaraan paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMA) atau mengikuti paket life skill (ketrampilan hidup) [2], sehingga nantinya pengetahuan dan kecakapan yang telah dimiliki dapat dijadikan modal untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

Delapan pondok pesantren yang terletak di daerah terbelakang dari segi ekonomi dan pendidikan dipilih ICIP sebagai proyek percontohan program ini. Mereka adalah PP. Al Kenaniyah, Jakarta; PP. An Nizomiyah, Pandeglang; PP. Al-Musri, Cianjur; PP. Hasyim Ashari, Jepara; PP. Raudhatul Falah, Rembang; PP. Nurul Islam, Jember dan PP. Nurul Jadid, Probolinggo.

Untuk mendukung program ini, ICIP bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti perusahaan komputer terbesar di dunia untuk perangkat lunak komputer. Juga didukung oleh tiga Departemen RI: Departemen Agama, Departemen Pendidikan, dan Departemen Komunikasi dan Informasi.

Meski belum satu tahun berjalan, program yang dimulai sejak Nopember 2007 ini, telah mengalami perkembangan yang berarti. Indikasinya, menurut Syafi’i, grafik penggunaan komputer dan internet (baca: penerima manfaat) berdasarkan level pendidikan maupun non pendidikan di 8 pesantren pilot proyek menunjukkan adanya peningkatan[3].

Mudah-mudahan, program yang mendapat dukungan penuh baik dari segi materiil maupun immateriil dari berbagai pihak ini tidak berhenti ketika program ini berakhir pada 2010. Sehingga inisiatif ICIP mewujudkan “Pendidikan untuk Semua” melalui cara-cara alternatif yang berbeda dengan cara tradisional dalam mengatasi masalah keterbatasan akses pendidikan dapat diwujudkan melalui program ODEL ini. Amin [ ]

 

 

[1] Wawancara dengan TB Agus Khatibul Umam, Pengasuh PP. An Nizomiyah, Labuan, Pandeglang pada Pelatihan II Pemimpin Keagamaan Lokal wilayah Banten, 29-31 Mei 2008

[2] Disarikan dari undangan dan profil ODEL ICIP, hal 3- 4

[3] Baca profil ODEL hal. 12-13

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here