Dalam merespon teks-teks hadis mengenai perempuan, terutama yang terkesan berlawanan dengan semangat pemberdayaan perempuan, beberapa ulama mendekati dengan kajian kritik sanad. Dengan melihat jalur periwayatan dari mulai masa sahabat sehingga masa penulisan kitab-kitab hadis pada abad ke tiga dan ke empat hijriyah. Dari kajian inilah, pemilahan hadis-hadis palsu dan lemah dilakukan dari hadis-hadis yang baik dan valid. Tetapi tidak sedikit juga, kalangan ulama dan intelektual yang melakukan kajian antar teks. Dengan pendekatan ini, beberapa teks hadis bisa dianggap tidak sahih atau lemah, jika bertentangan dengan teks-teks lain yang lebih kuat; seperti Alquran atau teks-teks hadis lain yang lebih sahih dan lebih populer. Inilah yang disebut kritik antar teks, atau inter-tekstualitas.

Aisyah bint Abi Bakr ra., isteri tercinta Nabi Muhamnmad saw., termasuk salah seorang yang menggunakan metode kritik antar teks dalam merespon hadis yang merendahkan perempuan. Sekalipun bisa jadi hadis tersebut secara riwayat sanad adalah valid atau sahih. Seperti hadis Abi Hurairah ra. bahwa perempuan itu salah satu sumber kesialan, perempuan itu bisa membatalkan shalat seseorang jika lewat di hadapannya, perempuan yang baik akan masuk neraka hanya karena tidak memberi makan kucing peliharaannya. Contoh lagi hadis Ibn Umar ra. mengenai keharusan perempuan ketika mandi janabah untuk mengurai seluruh rambutnya yang dikepang, dan lain-lain. Teks-teks hadis ini ditolak Aisyah, dengan menghadirkan ayat-ayat Alquran dan teks-teks hadis lain yang disaksikannya sendiri.

Metode ini juga yang dipakai Riffat Hasan, seorang intelektulal muslim feminis dari Pakistan, dalam menolak beberapa teks hadis yang misoginis. Seperti teks hadis mengenai penciptaan perempuan dari tulang rusuk yang bengkok. Penolakan ini didasarkan pada pernyataan Alquran yang lebih tegas, bahwa penciptaan manusia itu dari entitas yang satu (nafs wahidah), baik laki-laki maupun perempuan (QS. An-Nisa, 4: 1). Di samping karena teks-teks hadis yang terkait isu itu, berbeda satu dari yang lain secara tajam. Riffat Hasan memastikan bahwa hadis-hadis penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki-laki, pasti dipengaruhi riwayat dari orang-orang Yahudi. Atau apa yang disebut sebagai israiliyyat.

Pendekatan inter-tekstualitas ini, biasanya juga diperkuat dengan pendekatan sejarah dengan melihat latar belakang perawi para sahabat, dan latar kehidupan sosial politik dan peradaban pada masa perkembangan teks-teks hadis tersebut. Dengan pendekatan sejarah dan intertekstualitas ini, Fatima Mernissi juga menolak teks hadis kegagalan kepemimpinan perempuan, yang sangat masyhur menjadi rujukan banyak ulama dalam melarang dan mengharamkan perempuan menjadi pemimpin apapun, di rumah maupun di luar rumah.

Kita bisa mengambil contoh mengenai teks-teks hadis tentang isu penciptaan perempuan dari tulang rusuk. Perhatikan teks-teks hadis sebagai berikut:

 

  1. Dari Abi Hazim dari Abu Hurairah, berkata Rasulullah saw., “Aku wasiatkan kalian untuk berbuat-baik terhadap perempuan karena sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, engkau akan mematahkannya; dan jika engkau meninggalkannya, dia akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berwasiat baiklah pada perempuan”.(Riwayat: Bukhari).

 

  1. Dari A’raj dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw. berkata, Perempuan itu bagaikan tulang rusuk, jika engkau mencoba meluruskannnya, engkau akan mematahkannya. Jadi, jika engkau ingin mendapatkan keuntungan darinya, ambillah kenikmatan padanya dan kebengkokan tetap padanya”.(Riwayat: Bukhari).

 

  1. Dari Abi Hazim dari Abu Hurairah, Nabi saw. berkata, “Barang siapa yang percaya kepada Allah swt. dan hari kiamat, jangan menyakiti tetangganya dan berbuat baiklah kepada perempuan. Sesungguhnya, mereka diciptakan dari tulang rusuk, sesuatu bagian tulang yang paling bengkok. Jika engkau ingin meluruskannya, ia akan retak, dan jika engkau membiarkannya, ia tetap bengkok, oleh sebab itu, berwasiat baiklah kepada perempuan”.(Riwayat: Bukhari).

 

  1. Dari Ibn Musayyab dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, Perempuan itu bagaikan tulang rusuk, jika engkau berusaha meluruskannya, engkau mematahkannya dan apabila engkau membiarkannya, engkau akan memperoleh keuntungan (kesenangan) darinya, dan dalam dirinya tetap masih ada kebengkokan”.(Riwayat: Muslim).

 

  1. Dari A’raj dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya perempuan itu telah diciptakan dari tulang rusuk dan engkau tidak akan bisa meluruskannya pada satu jalan. Jika engkau ingin mengambil keuntungan darinya, ambillah keuntungan padanya dan padanya masih tetap ada kebengkokan. Dan jika engkau berusaha untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya (meretakkannya), dan meretakkannya berarti menceraikannya”. (Riwayat: Muslim).

 

  1. Dari Abi Hazim dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang percaya kepada Allah dan hari akhir, jika orang itu menyaksikan beberapa persoalan, orang tersebut harus mengatakannya dengan istilah yang baik atau hati-hatilah. Berwasiatlah dengan baik terhadap perempuan sebab perempuan diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah bagian yang paling atas. Jika engkau berusaha meluruskannya, engkau akan meretakkannya, dan jika engkau membiarkannya, kebengkokannya akan tetap. Oleh karena itu, berwasiat baiklah terhadap perempuan”.(Riwayat Muslim).

 

Dengan studi antar teks, terutama pada kalimat yang diberi garis bawah, ide penciptaan perempuan dari tulang rusuk bisa ditolak. Pertama, karena satu teks dengan teks yang lain bertentangan. Kedua, karena tidak sejalan dengan pernyataan Alquran (QS, 4: 1), dan ketiga karena ide tersebut hanya cocok dengan pernyataan dalam Kitab Kejadian dari al-Kitab. Yaitu teks berikut: “Lalu Tuhan Allah membuat manusia tidur nyenyak; ketika tidur Tuhan Allah mengambil tulang rusuknya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia”. (Kitab Kejadian, pasal 21-22). Artinya, ide penciptaan perempuan dari tulang rusuk adalah bukan ide dari sumber-sumber Islam, tetapi dari sumber sebelumnya (israiliyyat), yang mungkin mempengaruhi para periwayat hadis. Karena itu, ide penciptaan dari tulang rusuk sebagaimana disebut dalam sebagian teks hadis, adalah tidak valid. Dengan demikian, teks hadispun dianggap tidak valid, atau tidak sahih secara matan, bukan secara sanad. (Lihat: Nurjannah Ismail, Perempuan dalam Pasungan, hal. 265).

Baca Juga:

Dirasah Hadis 1: Meluruskan Budaya Pemaknaan Hadis-hadis Tentang Perempuan

Dirasah Hadis3: Mengapresiasi dengan Tafsir Ulang

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here