“Bagaimana ekspresi seorang perempuan ketika ia mengalami orgasme? Dimanakan letak daerah G-spott itu?”
Pertanyaan di atas diajukan oleh salah seorang kyai peserta Halqah Nyai dan Kyai Muda I yang diadakan pada tanggal 29 – 30 Januari 2002 di pondok pesantren Darunnajah Kebayoran Lama Jakarta selatan. Pertanyan tersebut ditujukan kepada Ibu Augustine D. Sukarlan, salah seorang narasumber dari Universitas Indonesia yang berbicara mengenai seksualitas dan tubuh perempuan dari pandangan psikologi.
Menurut Ibu Titin, panggilan akrab Augustine D. Sukarlan, pada awalnya ilmu psikologi memakai teori-teori yang bias gender. Misalnya teori yang menjelaskan kenapa sejak dulu secara psikologis jenis kelamin perempuan dianggap sebagai jenis kelamin kedua (the other sex). Sigmund Freud (Jerman) dikenal sebagai bapak aliran psikoanalisa, mengatakan prilaku manusia itu sumbernya ada pada daerah psikis dan insting. Kenapa seseorang bisa tertarik pada lawan jenisnya, itu disebabkan karena adanya dorongan insting, bahwa ia sebagai manusia adalah mahluk seksual. Pada energi psikis, ada sesuatu di dalam dirinya yang merupakan energi yang dibawa sejak lahir dan acapkali tidak disadari.
Menurut Freud, laki-laki dan perempuan itu berbeda, karena pada dasarnya mereka itu secara biologis-anatomis berbeda. Laki-laki mempunyai penis dan perempuan mempunyai vagina. Vagina artinya liang atau lubang, disesuaikan dengan keadaan secara lahiriah. Sedangkan penis merupakan simbol yang menunjukkan suatu kekuasaan. Kata penis berasal dari kata phallus artinya kejantanan. Perempuan tidak memiliki phallus, tapi memiliki sesuatu yang tidak di miliki laki-laki. Ini yang kemudian dipakai sebagai landasan oleh Freud untuk mengatakan, perempuan tidak memiliki sesuatu yang dimiliki laki-laki, maka ia jadi inferior. Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan phallucentris (berpusat pada phallus atau penis). Karena kondisi anatomis perempuan tidak memiliki simbol yang menunjukkan kekuasaan, di dalam perkembangan kepribadiannya, ia juga tidak akan menjadi makhluk yang berkuasa. Ia akan terus menjadi makhluk yang inferior. Sedangkan laki-laki sebaliknya. Karena memiliki phallus, ia memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk mengembangkan diri, maka kepribadiannya berkembang sebagai orang berkuasa.
Teori-teori Freud kebanyakan berdasarkan pada pengalaman prakteknya sendiri sebagai ahli syaraf. Dalam prakteknya, ia menemukan banyak sekali kaum perempuan yang mengalami masalah seksual dan kemudian mengalami histeria bahkan sampai terkena gangguan jiwa. Menurut Freud, jika seorang perempuan melakukan hubungan seksual seharusnya ia mengalami orgasme. Pada perempuan, ada dua macam orgasme, orgasme kritoral dan orgasme vaginal. Orgasme kritoral terjadi karena adanya rangsangan pada kritorisnya; sedang orgasme vaginal, karena ada rangsangan pada daerah vaginanya.
Pada laki-laki orgasme hanya ada satu yaitu ejakulasi (keluarnya sperma dari saluran penis). Sedangkan perempuan bisa mencapai orgasme ganda. Tetapi ada beberapa perempuan yang mengalami ejakulasi. Pada perempuan ada daerah dalam organ reproduksinya yang namanya G-spoot. Indikasi, bahwa seorang perempuan mengalami orgasme adalah ia mengeluarkan cairan lewat uretranya (saluran kencing).
Pada pembahasan mengenai Seksualitas dari sudut Agama Islam, KH. Husein Muhammad, mengatakan bahwa persoalan tubuh perempuan yang sudah diciptakan oleh Tuhan – dalam arti fungsi-fungsi reproduksinya – tidak bisa dijadikan alat untuk menjustifikasi atau melegitimasi rendahnya martabat perempuan. Itu semua bersifat tentatif dan tidak mengurangi nilai-nilai fitrah perempuan sebagai mahluk Tuhan yang memiliki kemampuan-kemampuan yang sama dengan laki-laki (kemampuan seksual, kemampuan bertindak, dsb).
Halqah seri pertama (dari empat halqah yang akan diadakan) membahas tentang Seksualitas dari sudut pandang Psikologis, Sosial dan Agama. Pada masing-masing halqah akan dibahas tema khusus. Pesertanya merupakan peserta tetap terdiri dari ibu nyai dan bapak kyai muda yang berasal dari pesantren di wilayah Banten, Tasikmalaya, Cirebon, Lasem, Jember dan Bondowoso. (leli)