Letak pesantren ini memang agak ‘tersembunyi’, karena tidak berada di jalan protokol kawasan ibukota. Namun, tidak susah juga untuk mencari lembaga pendidikan yang lengkapnya bernama  Pondok Pesantren (PP) Mahasina Darul Qur’an Wal Hadits atau yang sering disingkat PP. Mahasina Daqwah ini. Kalau menggunakan aplikasi seperti google map anda cukup mengetik Mahasina, maka alamat serta denah menuju kompleks pesantren yang berlokasi di Jalan Mesjid Raya No. 50 RT. 01 RW. 07, Kemang, Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat ini langsung muncul.

PP. Mahasina didirikan oleh Yayasan Mahasina yang berdiri pada tahun 2005 dengan nama Yayasan Dakwah wat Tarbiyyah Mahasina. Saat itu sudah ada kegiatan di rumah pribadi pendiri yang dipakai untuk kursuskomputer gratis, pengajian ibu-ibu dan pengajian anak-anak bagi masyarakat setempat. Tahun 2008, setelah bangunan jadi pesantren ini mulai menerima santri yang mondok, dimana mereka bersekolah di sekitar lokasi pesantren Mahasina dari jenjang SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Mereka berasal dari latar belakang yang beragam baik dari sisi usia maupun jenjang sekolah. Banyak di antara mereka yang berasal dari keluarga dhu’afa. Fokus kegiatan awalnya adalah melakukan pembinaan akhlak, dan pembiasaan akhlakul karimah dan ibadah.

Pesantren Mahasina: Mengkader Calon Ulama Pemimpin Bangsa

Perjuangan pasangan suami istri  KH. Drs. H. Abubakar Rahziz, MA  dan Dra. Hj. Badriyah Fayumi, MA untuk merintis pesantren ini perlahan-lahan terwujud nyata.  Awalnya para santri tinggal di ruangan sekitar rumah tinggal pribadi keluarga ini, hingga lantai dua ruang keluarga dijadikan ‘pondokan’ santriwati. , Kini,lambat laun perubahan fisik pondok mulai terjadi. Pada 2016, PP. Mahasina membangun public space dan ruang-ruang kelas yang bisa dipakai untuk melakukan kegiatan pendidikan setelah melalui 3 proses tahapan pembebasan tanah.

Setelah proses pembebasan tahap ke-4, PP Mahasina mulai serius membenahi layanan pendidikan yang digagasnya dengan membuka Program “Pendidikan Terintegrasi Kader Ulama Berakhlak Qurani dan Berwawasan Kebangsaan”. Program pendidikan ini dibuka sejak tahun 2016, dan kini i telah sampai pada tahun ke-3 serta memiliki jenjang pendidikan Madrasah Tsanawiyah yang terdiri dari kelas 1, 2, dan 3 maupun Madrasah Aliyah (yang mulai dibuka pada tahun 2018). Program pendidikan terintegrasi ini dilakukan dengan 6 hal. Mulai dari 1) Penanaman akhlak atau character building yang berbasis Quran-Hadis dan kearifan lokal, 2) Tahfizhul Quran, 3) Tahfizhul dan Fahmul Hadis, 4) Bahasa Arab, 5) Bahasa Inggris, dan 6) Kepemimpinan. Dengan demikian, program pendidikan di PP Mahasina ini bersifat terintegrasi, dimana para santri sekolahnya di Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah serta dipadu dengan kurikulum pondok pesantren.

Saat ini, PP Mahasina memiliki sekitar 170-an santri yang terdiri dari 90-an santriwan dan 80-an santriwati. Mereka berasal dari berbagai daerah baik Jawa maupun luar Jawa, mulai dari masyarakat sekitar pondok di lingkungan Jatiwaringin, maupun daerah-daerah lain seperti  Jakarta, Bekasi, Karawang, Depok, Tangerang Selatan, Bandung, Pati, Demak, Sidoarjo, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Pontianak, Maluku Utara, dan lain-lain. Para santri ini diasuh langsung oleh Abah KH. Abubakar Rahziz dan Nyai Hj. Badriyah Fayumi, dibantu 22 orang ustadz dan ustadzah yang menjadi pengasuh di pesantren ini.

Kegiatan belajar mengajar sehari-hari dikemas dalam program bertajuk 5 B, yakni Beribadah, Berdzikir, Berfikir, Berlatih, dan Beramal Shaleh. Semua kegiatan di pesantren berputar di sekitar 5 B ini, sejak bangun tidur hingga kembali beristirahat. Bangun pagi, shalat tahajud, dimana para santri juga belajar kepemimpinan dari sini. Sejak awal, dibentuk group shalat tahajud sebagai media para santri secara bergantian dilatih menjadi imam shalat sekaligus untuk melancarkan hafalannya. Dengan demikian mereka telah melaksanakan beribadah, berlatih, dan beramal shaleh. Bakda shalat Shubuh para santri belajar tentang hafalan hadis yang seringkali aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar Melaksanakan Alquran dan Hadis dalam Kehidupan Sehari-hari

Penanaman ajaran Islam, nampaknya akan lebih mengena apabila itu reflektif dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini nampaknya disadari betul oleh pengasuh PP. Mahasina. Dalam menanamkan pemahaman tentang hadis, misalnya, sangat disesuaikan dengan konteks kehidupan keseharian para santri. Misalnya, saat terdapat beberapa santri sedang mengalami sakit, pada mereka dikemukakan hadis seperti “Man yuridillahu bihi khairan yushiibihi” (Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah swt. suatu kebaikan, maka diberikan sebagai suatu musibah); sehingga mereka memaknai sakit sebagai suatu musibah.  Saat para santri mengeluhkan soal menu makanan yang berbeda dengan apa yang biasa mereka dapatkan di rumah, mereka diajak untuk memahami hadis tentang pentingnya sikap qana’ah dan bersyukur. Saat mendapatkan uang saku dari orang tua, mereka diajarkan untuk bertanggung jawab  dalam pengelolaan keuangan dan menghindari perilaku mubadzir. Begitu juga tentang kebiasaan makan dan minum secara tertib, tidak sambil berdiri maupun berjalan-jalan, mereka diajarkan hadis tentang itu.

Para santri juga diajak untuk berdzikir dan menghayatinya sebagai sebuah pendekatan spiritual yang penting. Pendekatan ini jauh lebih efektif dibandingkan pendekatan yang bersifat mekanik, misalnya melakukan kesalahan tentang sesuatu, lalu dihukum dengan tindakan tertentu. Melalui dzikir mereka diajak untuk memiliki hati yang bersih, ibarat rumah yang harus selalu dibersihkan dengan istighfar saat menyadari kesalahan dan ber-muhasabah (evaluasi diri). Oleh karenanya mereka tidak melakukan dzikir hanya sekedar dengan mengulang-ulang amalan kalimah thayyibah dan berorientasi pada perolehan pahala semata, namun juga menjadikannya sebagai  instrumen penyadaran diri serta motivasi untuk mencapai cita-cita.

Mumpuni dalam Kajian, Peka pada Persoalan Sosial

Kurikulum yang digunakan di Pesantren Mahasina ini adalah Kurikulum Kementerian Agama untuk Jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Kurikulum Pondok. Program pendidikan di PP Mahasina dirancang selama 6 tahun untuk menjadi calon pemimpin yang ber-tafaqquh fid-dien sehingga dibutuhkan paradigma keilmuan yang runtut dengan mempelajari setidaknya 20 kitab. Kemampuan untuk mengkaji Alquran dan Hadis adalah hal utama. Para santri mempelajari kitab-kitab mulai dari tingkat dasar, misalnya: untuk Tajwid mengkaji Kitab Hidayatush-Shibyan, Sharaf mempelajari Kitab Al Amtsilat at-Tashrifiyyah dan Maqshud, Fiqh mengkaji Kitab Safinatun Najah, Nahwunya mempelajari Jurumiyah, Alfiyyah dan Imrithi, untuk Aqidah menggunakan Kitab ‘Aqidatul Awwaam dan Nurudh-Dhalaam, Tarikh-nya menggunakan Kitab Ash-Shirah An Nabawiyyah, Fathul Qarib, untuk Hadisnya Mahasina memiliki Kitab yang telah disusun tersendiri, sementara untuk Bahasa Arab menggunakan kurikulum Kementerian Agama. Di Madrasah Tsanawiyah, pondok memang menekankan pada hafalan. Sementara untuk kurikulum di Madrasah Aliyah para santri akan dibekali dan diperkuat dengan alat-alat analisis atau ilmu-ilmu metodologis. Nantinya mereka akan belajar materi lain seperti: Ushul Fiqh, Ulumul Hadits, Musthalah Hadits, Qawa’id Fiqhiyyah dan lain-lainnya.

PP. Mahasina juga terbuka dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan yang mendorong kepedulian sosial. Halaqah Anti Korupsi, Perayaan Hari Santri, maupun berbagai kegiatan peningkatan keterampilan santri dalam hal public speaking, latihan memfasilitasi dan sebagainya diperkenalkan pada para santri. Pengolahan sampah sederhana pun dilakukan untuk menunjukkan komitmen pesantren ini pada persoalan lingkungan. Pesantren kilat pada bulan Ramadhan juga dibuka bagi anak-anak usia sekolah dasar. Berbagai hal ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para aktivis sosial keagamaan untuk mengirimkan putra-putrinya belajar di pesantren ini. Dengan demikian para santri tak akan gagap saat terjun di masyarakat nanti.

 

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here