Tabik Pun…!!”  Sapa Kepala Kantor Kemenag Kab. Tanggamus kepada 25 peserta workshop Penyampaian Hasil Pemetaan Kebutuhan ‘Membangun Ketahanan Keluarga Sakinah melalui pencegahan Kekerasan Berbasis Gender’.

Sapaan itu lalu dijawab serempak oleh 20 Kepala KUA, Kepala BP4 serta perwakilan dari NGO: Lembaga Advokasi Damar dan Fakta Tanggamus dengan jawaban,  “Ya…Pun!!”

Salam penghormatan yang berasal dari bahasa Sansekerta itu rupanya biasa digunakan di wilayah Sumatera terutama di propinsi Lampung, dan disampaikan di awal sebuah pertemuan.

Ya, mulai 2018 ini, Rahima yang tergabung dalam jaringan Prevention+ (P+) mulai bekerja di Propinsi yang terletak di ujung selatan pulau Sumatera itu, terutama di kabupaten Tanggamus dan Lampung Timur. Seperti diketahui, P+ yang mulai berkegiatan di akhir 2016 terdiri dari 5 Lembaga: Rifka Annisa (Yogyakarta), Damar (Lampung), Rahima, Yayasan Pulih dan RutgersWPF.

Peran Rahima dalam P+ mendukung upaya Penghapusan Kekerasan berbasis Gender melalui pelibatan laki laki dari sisi wacana keagamaan (Islam) pada berbagai kegiatan dan tingkatan, seperti individu, komunitas, institusi, dan kebijakan. Secara khusus Rahima bekerja dengan para kepala KUA, penyuluh agama, dan tokoh agama.

Kegiatan pertama Rahima di Lampung berupa Pemetaan Kebutuhan kepada Kantor Urusan Agama (KUA) yang menurut PMA No 34/2016 memiliki tugas melaksanakan layanan dan bimbingan masyarakat Islam di wilayah kerjanya (kecamatan). Pada pasal 4 poin d disebutkan secara khusus untuk pelayanan bimbingan keluarga sakinah. Adapun kegiatan kedua, berupa workshop Penyampaian hasil pemetaan kebutuhan sekaligus menyusun kurikulum belajar bersama.

Workshop di Kab. Lampung Timur berlangsung di kota Metro pada 30 dan 31 Juli 2018. Dibuka oleh Kepala Kemenag Kab. Lampung Timur dan dihadiri oleh 24 Kepala KUA, Kepala BP4 dan dua NGO yang bekerja di wilayah tersebut, yakni Damar dan Perempuan Timur. Sementara workshop di Kab. Tanggamus berlangsung di kota Gisting pada 1 dan 2 Agustus 2018.

Alur workshop yang dipandu oleh Fasilitator Bapak Helmi Ali di dua kabupaten tersebut kurang lebih sama. Diawali dengan pembukaan, perkenalan tentang Rahima, penyampaian hasil Pemetaan Kebutuhan, sharing pengalaman dari bapak Zudi Rahmanto, Kepala KUA kecamatan Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta yang sejak 2016 terlibat dalam program P+, lalu penyusunan kurikulum belajar bersama.

Membangun  Kepakaan Gender, Bentuk bentuk Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, UU PKDRT, Studi Islam (Tafsir Alquran, Dirasah Hadist dan Ushul Fikih) yang menggunakan metode Mubadalah (kesalingan), dan konseling partisipatoris merupakan beberapa usulan materi dari para Kepala KUA. Dan, rencananya Tadarus tentang Gender dan Islam bersama Kepala KUA di Lampung Timur dan Tanggamus  selanjutnya  berlangsung di bulan September 2018. (AD.Eridani)

 

 

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here