Badriyah Fayumi

Aku resah, sedih dan malu hati
Saat agamaku lebih sering ditampakkan dalam bentuk yang garang
Saat tampilan agama yang ramah dan bersahabat malah dihujat
Saat caci maki dan tuduhan keji menjadi bahasa sehari-hari
Aku sedih, resah dan malu hati
Karena aku santri

Dalam sedih bercampur harap
Kubisikkan kepada siapa saja yang kutemui dalam senyap
Ayolah kembali kepada jatidiri
Dakwah bilhikmah wal maudhatil hasanah
Dakwah yang menyentuh hati bukan menyinggung perasaan
Dakwah yang menyemai perdamaian bukan menuai permusuhan
Kubisikkan itu semampu diri
Karena aku santri

Aku terhenyak, lalu terdiam tak mampu mengiyakan
Saat atas nama modernitas dan profesionalisme
Proposal bisnis pendidikan disodorkan
Hitung-hitungan rinci dipaparkan
Ini bisnis menguntungkan
Ini kota metropolitan

Aku terhenyak tak bisa mengikuti
Saat melihat di sekelilingku kini pergeseran mendasar telah terjadi
Manajemen dakwah telah berubah arti
Dari ikhtiar mengelola dakwah sebagai pintu hidayah
Menjadi trik-trik berceramah demi materi berlimpah

Dalam diam dan keterhenyakan
Terbayang wajah-wajah Ikhlas kyai dan nyaiku yang lugas mengatakan
Nak, jangan kau tukar anugerah ilmu dengan harta
Masing-masing adalah pemberianNya
Berikan ilmu tanpa perhitungan
Seperti dulu kamu menerimanya dari guru-gurumu yg bermatahati tajam
Biarlah Allah yang bekerja dan menjadikanmu merasa berkecukupan

Akupun berkata pelan tapi pasti
Maaf …. Biarlah aku tetap begini
Mendedikasikan ilmu pemberian ilahi yang tak seberapa ini
Kepada si kaya dan si miskin tanpa diskriminasi
Karena aku santri

Aku geram dan tak bisa diam
Saat agamaku dijadikan tameng nafsu syahwat yang tak terkendali
Nikah siri dikampanyekan tanpa basa-basi
Poligami dipamerkan dalam ujub yg tersembunyi
Kekerasan dalam rumah tangga dianggap biasa
Pedihnya rasa korban pelecehan seksual dijadikan bahan canda

Aku geram dan tak bisa diam
Karena aku santri

Dalam keyakinan akan ramahnya agamaku dan ramahnya Tuhanku
Kutolak dalih mereka dengan dalil yang kutahu
Kupaparkan fakta, data dan derita perempuan, anak dan mereka yang rentan
Agar agama tak lagi dijadikan pembenar ketidakadilan
Kulakukan itu tanpa henti
Karena aku santri

Karena aku santri
Aku tak bisa tak peduli
Pada pengeroposan agamaku yang muncul di sana sini
Pada pengatasnamaan agama untuk syahwat libido, nafsu berharta dan berkuasa

Dan karena aku santri
Aku tak ragu meniti jalan ini
Meski sepi
Berjalan dalam pengharapan dan sekaligus kepasrahan
Berikhtiar menebar makruf dengan cara yang Ma’ruf
Berusaha menahan munkar dengan cara yang tidak munkar

Aku akan terus menyusuri jalan ini
Menapaki peta yang telah dibentangkan para masyayikh kyai dan bu nyai

Karena aku santri

PP Mahasina Darul Qur’an wal Hadits
Pondok Gede, 15 Oktober 2017

Dibacakan pertama kali pada Malam Pembacaan Puisi Hari Santri 2017
Di Taman Ismail Marzuki, 16 Oktober 2017
“Ketika Kyai- Nyai- Santri Berpuisi …..Pesantren Tanpa Tanda Titik”

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here