Perempuan itu bernama Aisyah
Sejak anak2 lisannya menebar aroma Al-qur’an
Dan harum Shalawat
Karena hidup tidak ada artinya
Kalau tidak mengenal Allah beserta RasulNya
Jampue, tempat kelahirannya
Desa yang sederhana
Tapi tanahnya
Menyimpan jejak para Ulama
Yang menyebarkan Iman dan Taqwa
di pesisir barat Tanah Bugis
Aisyah menjelang dewasa
Akhlaknya indah sewangi melati
Serta hatinya bermutiara
Lalu dipersunting pemuda yang Haus Ilmu
Santri utama Gurutta Ambo Dalle
Ustadz Ali Yafie namanya
Pemuda sopan yg akhlaknya
Menyejukkan orang2 yang memandangnya
Maka bersandinglah
Dua hamba Allah dalam keserasian jiwa
Sepasang pengantin mengayuh bahtera
Di atas irama Sunnah
Di tingkah atmosfer Sakinah
Dalam Tauhid
Suami bukan pujaan
Istri bukan idaman
Suami istri adalah teman jamaah
Di dalam mengagungkan Allah
Berbahagialah Gurutta Ali Yafie
Dalam belaian Ibunda Aisyah
Rumah penuh barokah
Dalam kesantunan panduan Hidayah
Putera putera jiwanya bergetar
Dalam asuhan dan keteladanan
Jiwa yg lembut laksana Sutera Bugis yang indah
Menjadi uswah hasanah bagi kami para muridnya.
Semoga Bunda Aisyah dengan Gurutta Ali Yafie
Menjadi pengantin sampai ke Surga.
Aamiiin.
—-
Puisi ini dibuat oleh sahabat saya, penyair Kiai Zawawi Imron, pada pertengahan 2020, beberapa waktu setelah ibu saya, Aisyah binti Umar, wafat. Terima kasih tak terhingga mas Zawawi, dan selamat Hari Perempuan.