Foto: Dok.Pribadi

 

Oleh: Pera Soparianti

Sejak kasus Covid-19 masuk ke Indonesia pada Maret 2020, terjadi berbagai dampak pada berbagai ruang kehidupan masyarakat. Termasuk komunitas Simpul Rahima yang merupakan ulama perempuan di empat wilayah, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Melalui diskusi bersama Simpul Rahima pada akhir Mei 2020, ditemukan sejumlah persoalan di komunitasnya, baik di lingkungan pendidikan, majelis taklim, dan pesantren. Persoalan tersebut, yaitu permasalahan biaya operasional pesantren, penurunan pendapatan bagi para pedagang, dan kerugian petani karena hasil taninya dibeli dengan harga murah.

Melihat situasi tersebut, Rahima bersama ulama perempuan sebagai bagian dari Simpul Rahima melakukan sejumlah inisiatif untuk merespons situasi dan memulihkan kondisi komunitas di masa pandemi. Inisiatif tersebut adalah bantuan cepat tanggap, berdakwah melalui media online, dan pengelolaan usaha bersama komunitas.

Dalam memberikan bantuan cepat tanggap, Simpul Rahima baik dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur memberikan sembako dan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, face shield, dan hand sanitizer. Bantuan tersebut dialokasikan kepada yang membutuhkan seperti lansia, anak-anak, korban PHK,  serta masyarakat dengan ekonomi lemah. Bantuan ini merupakan kerja sama dengan Jaringan Perempuan Peduli Kesehatan (JP2K).

Simpul Rahima juga terdorong untuk melakukan ceramah secara online melalui kanal Youtube Swararahima dotcom, sebagai respons terhadap situasi Covid-19 di komunitas. Isu yang diangkat, seperti kerja sama di dalam rumah tangga, pengasuhan, kepemimpinan perempuan, pencegahan kekerasan terhadap perempuan, penafkahan, dan lain-lain.

Selain itu, Rahima yang tergabung dalam jaringan We Lead mendapatkan dukungan untuk penguatan Simpul Rahima dalam melakukan pengelolaan usaha bersama di tiga komunitas yang sangat berdampak, yakni Sumenep, Purworejo, dan Cianjur. Raudlatun bersama komunitasnya di Sumenep, yakni ibu-ibu majelis taklim berinisiatif untuk membuat jamu dari tanaman sekitar. Ide usaha jamu merupakan respons atas melimpahnya bahan baku membuat jamu dan untuk menjaga imunitas terutama di masa pandemi. Hasil usaha tersebut kemudian dijadikan kas bersama yang dikelola bersama komunitas sebagai upaya memperkuat penghidupan perempuan.

Adapun simpul Rahima asal Purworejo, Ratna Ulfah bersama perempuan kepala keluarga mendapatkan dukungan modal usaha yang sebagian besar bekerja sebagai pedagang. Melalui modal usaha tersebut, keuntungan yang diperoleh akan dikelola menjadi dana bersama anggota majelis taklim. Sedangkan Simpul Rahima asal Cianjur, Fatimah memanfaatkan buah kelapa menjadi produk minyak kelapa yang dikelola bersama komunitas.  Berbagai dukungan yang digeluti oleh Simpul Rahima tersebut merupakan upaya dalam mendorong kekuatan kolektif di tengah beratnya pandemi Covid-19 bagi ruang penghidupan perempuan.

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here