Foto: Dok.Pribadi
Oleh: Hanifah Muyassarah*
Cilacap merupakan salah satu daerah kantong pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI), namun seringkali diwarnai dengan berbagai masalah. Hilang kontak dengan keluarga, kekerasan (fisik, psikis, seksual), dan bahkan trafficking (perdagangan orang) adalah berbagai masalah yang kerap dihadapi para pekerja migran, termasuk pekerja migran asal Kesugihan Cilacap. Situasi tersebut akhirnya mendorong terbentuknya Balai Perempuan Annisa (BP Annisa) pada 28 Oktober 2002 di Kesugihan Cilacap. Pada saat itu BP Annisa juga menjadi salah satu badan yang turut mendorong terbentuknya Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Cilacap.
Hanifah Muyassarah selaku inisiator terbentuknya BP Annisa merupakan ulama perempuan yang telah berjejaring dengan Rahima sejak tahun 2000. Rahima merupakan salah satu lembaga yang mendukung BP Annisa dalam memberikan wacana alternatif terkait tafsir teks agama yang tidak mendiskriminasi perempuan. Adapun tempat pertemuan BP Annisa dari awal berdiri hingga kini, berada di sekitar komplek Pesantren Al Ihya Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap dengan jumlah anggota 157 orang. Keanggotaannya bukan dari kalangan pesantren, tetapi justru masyarakat yang tidak terjangkau oleh pesantren seperti pedagang pasar, keluarga pekerja migran, pedagang gorengan, pedagang kue, buruh industri rumahan, dan lain-lain.
Awalnya BP Annisa hanya merespons laporan dari keluarga pekerja migran yang tidak dapat menghubungi anak-anak mereka yang tengah bekerja di luar negeri selama bertahun-tahun. Tetapi kemudian datang laporan lainnya, seperti gaji tidak dibayar, kekerasan verbal, dan lain-lain. BP Annisa kemudian menindaklanjuti laporan-laporan yang dialami oleh para pekerja migran tersebut serta mengundang pihak-pihak yang memiliki visi serupa untuk mendiskusikan langkah yang perlu dilakukan. BP Annisa juga berjejaring dengan organisasi-organisasi yang bergerak pada isu pekerja migran serta pekerja migran yang bekerja di negara penempatan untuk mendapatkan gambaran situasi.
Dalam proses pendampingan kasus pekerja migran yang dilakukan oleh BP Annisa, mulai bermunculan pula laporan kasus kekerasan dari masyarakat. Laporan tersebut berupa kasus kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan kekerasan lainnya. Mirisnya beberapa pelaku kekerasan merupakan tokoh agama dan korban kekerasan tersebut enggan melaporkan kepada pihak yang berwajib karena takut dan tidak memahami persoalan jika dibawa ke ranah hukum. Namun demikian, BP Annisa terus berkomitmen untuk menjadi ruang aman dan menjadi tempat pelaporan bagi para korban kekerasan perempuan dan anak. Dalam memaksimalkan pendampingan kasus tersebut, BP Annisa berjejaring dengan berbagai lembaga terkait, baik pemerintahan maupun non pemerintahan seperti Dinas Sosial, Dinas pemberdayaan perempuan dan Anak, Citra (Cilacap Tanpa kekerasan), organisasi pekerja migran, dan lain-lain.
Menjadi Ruang Belajar
Selain menerima laporan kasus-kasus kekerasan, BP Annisa juga menjadi ruang belajar dan berbagi pengalaman bagi anggotanya. BP Annisa kerap membuat kajian yang membahas isu-isu terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak. Misalnya, KDRT, perkawinan anak, perempuan disabilitas, lansia dan sebagainya. Selain itu, BP Annisa juga membahas materi-materi keagamaan untuk meningkatkan solidaritas sesama perempuan dari kalangan marjinal.
Guna menambah pengetahuan dan mengasah kepekaan terhadap isu-isu yang tengah terjadi, Anggota BP Annisa turut mengadakan ruang berbagi terkait pendidikan politik. Isu yang diangkat seperti musyawarah rencana pembangunan desa (Musrenbangdes), pemilihan umum, hingga analisis sosial. Hasilnya, anggota BP Annisa aktif merumuskan dan menyepakati usulan kegiatan yang akan dibawakan pada Musrenbang. Dalam perkembangannya BP Annisa telah bekerja sama dengan KPU Kabupaten Cilacap pada tahun 2019 untuk melakukan pendidikan pemilih dan penguatan hak politik warga negara.
Pada masa pandemi Covid-19, BP Annisa tetap produktif dengan melakukan upaya-upaya pencegahan penyebaran Covid-19 serta melakukan pemberdayaan ekonomi. BP Annisa melakukan gerakan ketahanan pangan dengan menanam sayuran di sekitar rumah dan meningkatkan solidaritas sesama anggota dengan berbelanja kebutuhan harian kepada sesama anggota.
Penguatan Ekonomi Berbasis Komunitas Perempuan
Tidak hanya berhenti pada pendampingan kasus kekerasan dan pendidikan politik bagi perempuan, BP Annisa terus berupaya untuk merespons kompleksnya permasalahan perempuan, salah satunya melalui penguatan ekonomi. BP Annisa kemudian membentuk kelompok usaha bersama yang dinamai KUBE Annisa di tahun 2015. Pada mulanya KUBE Annisa memproduksi kue-kue kering yang dipasarkan saat menjelang lebaran (Idul Fitri). Modal produksinya berasal dari pinjaman kas balai yang bersifat simpan pinjam.
Setelah berjalan selama tiga tahun, KUBE Annisa mampu memproduksi kue kering setiap harinya dengan berbagai varian. Kemudian pada 2020, nama KUBE Annisa berubah menjadi Kelompok Wirausaha Annisa Kesugihan sesuai SK Kepala desa kesugihan Kidul No. 39 Tahun 2020. Kelompok wirausaha ini juga mendapatkan bantuan dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Bina Penta) untuk Kegiatan Penciptaan Wirausaha Baru dalam Rangka Penanganan Dampak Covid-19 di Kabupaten Cilacap.
*Penulis adalah simpul Rahima Cilacap, Jawa Tengah.
Similar Posts:
- Hanifah Muyasarah: Membuka Ruang Edukasi dan Advokasi bagi Perempuan Marginal
- Negara Perlu Serius Lindungi Pekerja Migran
- Nyai Aniroh: Mendekatkan Komunitas Disabilitas Pada Akses Ekonomi Melalui PPDI Cilacap
- Balai Perempuan Annisa: Participation Space for Cilacap Women
- Korban Kekerasan Seksual Membutuhkan Perlindungan