Oleh: Farid Muttaqin dan Diah Irawaty*

 

Pada 25 Juli 2020, LETSS Talk diluncurkan melalui sebuah talkshow bertema “Penting tapi Tabu: Pendidikan Seks dan Seksualitas dalam Keluarga”. LETSS Talk dimaksudkan sebagai sebuah eksperimentasi konsolidasi feminisme dalam situasi sosial-politik yang sangat dinamis, dipenuhi anomali, ironi, dan kontradiksi. Digagasnya LETSS Talk merupakan hasil diskusi kecil antara Diah Irawaty (Departemen Antropologi, State University of New York Binghamton), Renvi Liasari (aktivis hak anak dari DAMAR Lampung), dan Farid Muttaqin (Departemen Antropologi, State University of New York Binghamton). Momentum pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 membuat ide sebuah forum belajar bersama isu gender, seks, seksualitas, dan feminisme semakin menguat terutama dengan tren bekerja dari rumah (work from home) dan diskusi virtual. Akhirnya, ide tersebut menjadi lebih konkret sebagai forum belajar bersama yang dinamakan LETSS Talk, Let’s Talk about SEX n SEXUALITIES.

LETSS Talk mempunyai tujuan menerapkan pendekatan critical thinking dan creative thinking terhadap berbagai isu gender, seks, sekualitas, dan feminisme yang bertebaran baik di ruang maya maupun ruang nyata. Pembicaran terkait gender, seks, seksualitas, dan feminisme menjadi kunci wacana dalam menegosiasi dan meresistensi tren totalitarianisme, tradisionalisme, patriarkisme, dan heteronormativisme dalam perkembangan demokratisasi. Dengan tagline “Let’s Talk about SEX n SEXUALITIES,” LETSS Talk adalah gagasan dan upaya membangun kebebasan berbicara dan berpikir yang menuntut bangunan ruang-ruang pembelajaran. LETSS Talk juga menghargai segala keragaman pikiran dan tradisi akademik yang membutuhkan intensitas dalam membangun, memproduksi, dan mereproduksi argumen dari klaim-klaim retoris.

Di level internal gerakan feminisme, LETSS Talk berperspektif menempatkan pengetahuan-pengetahuan feminis sebagai pengetahuan yang perlu terus dipertanyakan, dikaji ulang, dianalisis, dan didebatkan. Karena pengetahuan feminis memiliki sejarah, konteks, dan usianya sendiri. Pengetahuan feminis membutuhkan upaya pembaruan terus menerus untuk mengimbangi perubahan yang sangat dinamis. LETSS Talk berkeinginan agar ruang-ruang belajar virtual yang berkembang sangat progresif dalam “masyarakat internet” bisa menjadi media pembaruan pemikiran dan pengetahuan feminis, meng-upgrade wacana publik tentang gender, seks, seksualitas, dan feminisme. Kegiatan diskusi dan pembelajaran perlu menjadi sebuah kegiatan riset dengan segala prosesnya: membangun konteks, mendesain pertanyaan penelitian, target data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan, narasumber diskusi sebagai informan, pertanyaan diskusi sebagai kuesioner, hingga dokumentasi hasil diskusi sebagai sebuah laporan riset. LETSS Talk adalah ikhtiar pendokumentasian pengetahuan mereka yang termarjinal dan tersisih; LETSS Talk melakukan decentering dan destabilizing pengetahuan berperspektif kekuasaan dan melakukan pusat pengetahuan kelompok teropresi, menempatkan pengetahuan berperspektif korban dalam posisi lebih sentral.

LETSS Talk adalah eksperimentasi feminist scholarship di tengah “masyarakat internet” ini. Dalam konteks ini, LETSS Talk memiliki niat untuk bernegosiasi dengan virtualisme yang sering menuntut sikap dan cara berpikir instan, mengabaikan keperluan atas “engagement”, menyatu dengan persoalan, dan tidak terlalu mementingkan refleksi: datang dan pergi secara kilat. LETSS Talk adalah niat, gagasan, praktik untuk tetap intens dan engage dalam kecenderungan virtualisme yang makin dominan, tak terkecuali dalam ruang pembelajaran feminisme. Secara praktis, kegiatan yang dilakukan LETSS Talk menekankan dialog interaktif, tukar pikiran dan gagasan yang intensif, dari pada monolog atau ceramah.

Di luar negosiasi atas virtualisme, LETSS Talk melakukan eksperimentasi feminist scholarship dengan mengenalkan berbagai konsep antropologi feminis sebagai kerangka analisis, seperti denaturalisasi, decentering dan destabilizing, keragaman dan fluiditas, interseksionalitas, yang tidak hanya menganalisis kesalingterkaitan tapi juga memahami kontradiksi dan ironi. Serta etnografi feminis, yang memosisikan pengalaman keseharian kelompok pinggiran sebagai sumber pengetahuan krusial, agency, politik gender, dan lain-lain.

Membangun dan mengembangkan sebuah gagasan feminisme bukan proses instan. Ini adalah proses sejarah, gerakan “merebut” perjalanan sejarah yang sangat panjang dan tidak selalu lurus-linear. Seperti halnya patiarkisme yang menjelma menjadi sistem hegemonik melalui proses kolektif, upaya “merebut” sejarah dengan gagasan-gagasan feminisme juga sangat membutuhkan upaya kolektif dan solidaritas. Dalam membangun dan mengembangkan gagasan LETSS Talk, banyak sekali dukungan dan bantuan berbagai pihak. LETSS Talk adalah inisiatif voluntarisme, dibangun dan dioperasionalisasi sepenuhnya atas dasar sukarela. Semua pihak yang terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan LETSS Talk melakukannya secara sukarela tanpa kompensasi material.

Hingga saat ini, LETSS Talk tidak mendapatkan dukungan dana dari pihak manapun. Perjalanan membangun dan mengembangkan LETSS Talk tidak akan bisa lancar tanpa semangat para relawan yang berjumlah sekitar 300 orang sejak LETSS Talk diluncurkan. Para relawan mengorganisir acara hingga menyiapkan Juru Bahasa Isyarat demi pembelajaran yang inklusif. Dalam hal ini, LETSS Talk ingin menegaskan diri sebagai voluntarisme sosial, selain aktivisme politik dan gerakan scholarship. Lebih jauh, LETSS Talk perlu terus mengembangkan gagasan dan ide demi konsolidasi gerakan feminisme, serta Indonesia yang lebih demokratis, inklusif, menghargai keragaman, toleran, serta tidak memberi ruang pada segala bentuk penindasan dan kekerasan.

*Setelah lulus dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, keduanya bekerja di berbagai organisasi feminis; Farid Muttaqin aktif bersama PUAN Amal dan UN Women dan Diah Irawaty aktif bersama SIKAP, Kalyanamitra, Rumpun Gema Perempuan, dan Komnas Perempuan. Keduanya adalah Kandidat Ph.D. Antropologi, State University of New York (SUNY) Binghamton, New York, Amerika Serikat dan turut mendirikan dan mengelola LETSS Talk.

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here