Oleh: Fitria Sari*

 

Saparinah Sadli adalah seorang akademisi, penggerak masyarakat, pejuang HAM, penulis, peneliti, dan aktivis isu perempuan yang tak kenal lelah. Perempuan kelahiran 24 Agustus 1927 di Tegalsari – Jawa Tengah tersebut, pernah menjabat lusinan posisi penting. Beberapa di antaranya, Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) periode 1998-2004, anggota dan Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pada 1996-2000, bagian dari tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kerusuhan Mei 1998, dan Ketua Pusat Studi Kajian Wanita Universitas Indonesia pada 1990-2000.

Pandangan menarik Saparinah tentang lanjut usia (lansia), tidak muncul dalam waktu sekejap. Refleksi pribadi, teman-teman lansia, hingga keseharian mendiang ibunya di masa lalu banyak membuka cakrawala pemikirannya tentang lansia. Kegiatan ibunya dulu yang lebih banyak di rumah dengan merajut taplak meja dan menunggu kunjungan saudara atau cucu sangat kontras dengan teman-teman perempuan lansia masa kini. Saparinah melihat banyak kawan lansianya yang produktif dan aktif secara sosial yang bebas melakukan aktivitas sesuai yang diinginkan (enjoy doing what they chosen to do). Keberagaman aktivitas lansia itulah yang turut menciptakan konsep heterogenitas lansia yang menarik, baik pada laki-laki lansia maupun perempuan. Heterogenitas lansia tersebut tercermin dari perbedaan usia, pengalaman hidup, cara berpikir, kondisi fisik/ mental/ sosial/ spiritual yang beragam, dan pengambilan keputusan hidup yang berbeda.

Saparinah menemui momen yang semakin mendorong rasa ingin tahunya tentang lansia. Yaitu saat mengikuti seminar berjudul “Penuaan Penduduk dan Pembangunan Indonesia: Dokumentasi, Tantangan, dan Langkah Lanjut” yang terselenggara pada November 2012. Bersama lima lansia lainnya, ia mengisi acara berjudul “Voices of the Elderly”. Mereka hadir dari latar belakang yang variatif (beragam usia, pengalaman, kegiatan, dan jenis kelamin). Ada yang masih mengurus PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) di tingkat RT dan RW, membantu Posyandu Lansia, rutin ikut senam lansia, dan lainnya. Dari kegiatan tersebut, Saparinah menyadari bahwa lansia yang hadir tidak mempermasalahkan kemunduran fisik. Karena hal terpenting dari masa lansia yaitu tetap aktif dan merawat interaksi sosialnya.

Dengan berbagai adegan dan interaksi tersebut, Saparinah menunjukkan bahwa konsep lansia bersifat heterogen dan memiliki kepribadian unik dan khas. Bagi Saparinah, pengelompokan lansia sebagai golongan non-produktif yang homogen (yang berlaku di Indonesia), kurang sesuai dengan harapan dari lansia itu sendiri. Saparinah ingin menyampaikan bahwa dalam usia tua, adanya kemunduran fisik dan mental merupakan hal normal. Meski demikian, lansia juga dapat tetap tampil rapi dengan pilihan busana yang pas dan energi yang menyenangkan. Artinya, ini juga bermakna bagi perempuan lansia yang produktif dan sehat akan memiliki kesempatan untuk dapat mandiri dan menghayati kebebasannya.

Saparinah menegaskan bahwa lansia tidak perlu terlalu mempermasalahkan kemunduran fisik dan kognitif, yang memang normal dan tidak perlu ditentang. Bagi Saparinah, “sehat” dalam konteks lansia tidak dapat diterjemahkan harfiah. Artinya, “sehat” pada lansia dapat bermakna menemukan cara beradaptasi dari kemunduran fisik, dengan tetap aktif dan berinteraksi sosial (silaturahmi).

 

Menjadi Perempuan Lansia Tangguh adalah PR Bersama yang Menyenangkan

Meneladani perempuan sebagai lansia tangguh, sebetulnya sejalan dengan konsep successful agers yang heterogen. Perempuan “sukses” di usia lanjut merupakan kelompok dengan kemampuan mengembangkan kemandiriannya masing-masing di tengah nilai budaya yang cenderung menekankan ketergantungan. Ada beberapa ciri utama successful agers, yaitu (a) melakukan hal produktif dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain; (b) memiliki teman dekat yang menyenangkan; (c) mengikuti perkembangan masa dengan sosialisasi; (d) mempelajari hal baru di usia tua untuk mengembangkan potensi dan memberi kontribusi tanpa dibayangi tuntutan prestasi.

Saparinah menyatakan bahwa perempuan sekitar setengah abad lalu memang tidak memiliki banyak pilihan hidup. Akan tetapi menurut pengamatannya, hal tersebut tidak menyurutkan aspirasi dan keberanian perempuan lansia zaman kini untuk berani mengambil keputusan yang diyakininya baik. Banyaknya narasi perempuan lansia yang masih aktif dengan menjaga toko kue, pendidik, pengurus yayasan, penulis, konselor dan profesi lain, adalah menarik. Karena, aktivitas mereka tidak lagi tentang pundi rupiah, melainkan kepuasaan/ penghilang kepenatan dan kebosanan, yang menjadi nilai penting.

Tentu perjuangan successful agers tidak mudah, tapi hal pentingnya adalah perempuan perlu mengembangkan kemandirian dan kekuatannya sebagai inner strength, yang terus dibawa pada usia senja. Menurut Saparinah memaknai perempuan lansia tangguh bukan sekadar untuk dirinya sendiri, tapi bagaimana mendengarkan suara sekaligus menjadi inspirator bagi perempuan dan laki-laki lansia lainnya, yaitu dengan mengangkat cerita positif dan inspiratif.

Pada akhirnya, melalui berbagai tulisan dan aktivitas sosialnya, Saparinah ingin mengajak seluruh masyarakat untuk menyadari bahwa tidak ada strategi tunggal atau resep baku dalam menjalani hidup sebagai lansia tangguh. Sejatinya, semua itu berasal dari diri sendiri, misalnya aktif di usia lanjut bisa berupa mau belajar sesuatu yang baru, mau diajak mengikuti aktivitas sosial, serta mau mengikuti aktivitas yang tersedia merupakan bentuk stimulasi yang diperlukan dalam konteks pengembangan potensi individu. Sosok lansia tangguh tentu membutuhkan interaksi antara kemauan individu lansia dan tersedianya kesempatan di lingkungannya, yang dari perspektif psikologi adalah hasil dari suatu proses perkembangan individu dari usia muda. Menjadi lansia tangguh adalah tugas dari lansia itu sendiri serta lingkungan sosialnya.

 

*Penulis merupakan pegiat kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, alumni Program Studi Kajian Gender SKSG Universitas Indonesia

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here