Oleh: Pera Soparianti

 

Sekolah Yang-Eyang, yang berarti eyang-eyang atau kakek-nenek, merupakan wadah belajar bagi lansia dan pra lansia yang dibentuk oleh komunitas Karang Werda Bungur dan komunitas Tanoker Ledokombo Jember pada Februari 2018. Komunitas Karang Weda Bungur ini merupakan organisasi yang berdiri pada Desember 2007 dengan tujuan untuk memfasilitasi pra lansia agar hidup sehat, produktif, dan terus berkreasi di masa tua. Komunitas ini didirikan oleh Wisnu dan dilanjutkan oleh Enik Supiyah. Pada Agustus 2017, Karang Weda Bungur mendirikan pengajian Khoirunnisa yang dipimpin oleh Mukaryati yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas rohani para lansia. Sementara komunitas Tanoker merupakan wadah bagi anakanak terutama yang ditinggal orang tuanya bekerja (di dalam maupun luar negeri) untuk bermain, belajar, berkreasi, dan membangun citacitanya. Komunitas belajar Tanoker didirikan oleh Suporaharjo dan Farha Ciciek pada tahun 2009. Tanoker juga telah mendorong lahirnya Sekolah Bok-Ebok dan Pak-Bapak sebagai wadah belajar bersama untuk pengasuhan anak yang berkualitas menghadapi tantangan zaman terutama di era digital.

Sekolah Yang-Eyang ini diberi nama SEGAR yang merupakan singkatan dari sehat dan bugar. Awalnya, inisiatif Sekolah Yang-Eyang ini dilatarbelakangi oleh banyaknya warga di Ledokombo yang menitipkan anakanak mereka kepada kakekneneknya, baik karena orang tuanya kerja ke luar negeri sebagai buruh migran maupun karena orang tuanya bekerja dan tidak menggunakan pekerja rumah tangga. Namun demikian pengasuhan di bawah para kakek nenek tersebut memiliki persoalan. Di bawah pengasuhan para kakek dan nenek, anak-anak pada umumnya lebih manja dibandingkan pada orang tua kandungnya sendiri. Kakek dan nenek juga cenderung memberi pembelaan kepada anak yang sedang diberi pengertian oleh orang tuanya. Tetapi di satu sisi, para eyang ini mempunyai potensi dan kekuatan yang besar. Aktivitas sehari-hari mereka sangat padat mulai menyiapkanmakanan, mengantar dan menjemput anak sekolah, serta menemani bermain. Sebab itu, perlu ada ruang untuk mewadahi potensi para eyang agar mereka dapat hidup berkualitas.

 

Sekolah Eyang untuk Lansia Berkualitas

Sekolah Yang-Eyang hadir atas semangat bersama untuk menjadi lansia yang berkualitas dalam menciptakan generasi emas. Sekolah Yang-Eyang juga dimotivasi dengan ajaran Islam yang mewajibkan mencari ilmu itu wajib mulai lahir sampai liang lahat. Selain itu para eyang didorong keinginan untuk belajar cara pengasuhan anak yang baik dan sehat karena tantangan zaman yang berbeda ketika para eyang masih kecil dengan cucu-cucunya saat ini.

Sekolah Yang-Eyang ini mempunyai tujuan yaitu (1) sebagai wadah untuk membantu para eyang menambah pengetahuan, keterampilan untuk diri sendiri maupun untuk cucu didalam keluarga dengan landasan karakter yang baik; (2) wadah berbagi dan ruang curhat antar sesama eyang; (3) wadah mencari solusi apabila ada kendala di dalam pengasuhan cucu atau masalah yang dihadapi para eyang. Sekolah Yang-Eyang ini beranggotakan 48 orang mulai dari usia 31 hingga 89 tahun.

Untuk menambah pengetahuan, para eyang diberikan pemahaman tentang cara mengasuh, mendidik hingga memenuhi hak anak. Mulai dari hak anak untuk bermain, mendapatkan pendidikan, mendapat perlindungan, makanan yang sehat, hak disayangi dan lainnya. Mereka dibekali, pendidikan untuk membentengi anak-anak dari hal negatif seperti dampak buruk gawai bagi anak dan lingkungan, pengetahuan terkait kekerasan seksual serta jenis obat-obatan dan minuman terlarang yang mengancam anak-cucu, gender, KDRT, dan pencegahan radikalisme. Para eyang juga diberi penguatan keterampilan bagaimana membuat makanan yang sehat untuk menjaga kesehatan para eyang dan cucu, praktik membuat jamu dan cara penanganan darurat kecelakaan kecil di rumah tangga masing-masing atau tetangga terdekat. Materi-materi yang disampaikan tersebut berasal dari warga sekolah sendiri, dari lembaga formal dan non formal, para relawan yang difasilitasi oleh Tanoker, dan lainnya.

Kegiatan pendidikan di Sekolah Yang-Eyang ini dilakukan sebulan dua kali, yakni pada minggu pertama dan keempat disetiap bulan, yakni setiap hari kamis pagi setelah senam bersama. Namun ada pertemuan-pertemuan lain di luar waktu sekolah apabila diperlukan. Setelah itu, mereka mempraktikan materi pendidikan di rumah masing-masing kepada cucunya. Bahkan, mereka juga saling mengingatkan cucu tetangga untuk senantiasa menjaga etika dan berbuat baik. Ketika dalam forum Sekolah Eyang, mereka saling memberikan informasi tentang perkembangan anak. Bila ada yang kurang baik, maka menjadi bahan diskusi untuk diselesaikan secara bersama.

Sekolah Yang-Eyang bukan hanya untuk menyelamatkan anak-anak dari lingkungan yang tidak baik. Namun juga untuk mewujudkan lansia atau para eyang yang berkualitas. Sekolah Yang-Eyang berupaya memperluas ruang aman nyaman bagi kehidupan sehari-hari para lansia, tumbuh kembang para cucu, rumah tangga bahagia, juga lingkungan yang sehat bagi keluarga, kerabat, sahabat, dan masyarakat. Oleh sebab itu, kurikulum pendidikan Sekolah Yang-Eyang ini disusun bersama berdasarkan kebutuhan.

Selain belajar, para eyang ini merasa sangat bahagia karena sering berkumpul dengan teman-temannya. Farha Ciciek mengungkapkan, Sekolah Yang-Eyang bukan hanya untuk anak cucu namun juga untuk para eyang agar menjadi lansia produktif dan berkualitas. Sekolah Yang-Eyang ini juga diharapkan dapat menginspirasi masyarakat dan pemerintah di daerah lainnya dalam membangun desa yang ramah bagi la

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here