Oleh: An an Aminah

Mira, seorang mahasiswi dan aktivis gerakan senang melakukan diskusi dan kopdar bersama teman-teman organisasinya. Ia banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Para tetangga seringkali menggunjing Mira karena melihat Mira yang kerap kali pulang malam. 

Ayah dan ibunya mengajaknya berdiskusi tentang aktivitas Mira. Dalam diskusi, orang tua Mira mendapatkan putrinya yang pandai berargumentasi dan logis sehingga tidak mudah tersinggung saat dikritik. Orang tua Mira senang melihat perkembangan positif dari putrinya. Mira pun didukung untuk terus melakukan aktivitasnya yang positif tersebut.

Mira juga sangat mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain dan mampu menjaga dirinya saat bepergian seorang diri. Mira juga sudah mandiri secara finansial dan bisa membiayai kuliahnya sendiri. Dia sudah belajar magang dan mendapatkan uang tambahan dari aktivitas–aktivitas yang dia ikuti. 

Selain itu, Mira juga sangat peduli dengan lingkungan sekitarnya. Dia membuka kelas belajar seminggu sekali bersama teman-teman organisasinya di kampungnya. Mereka mengajar secara gratis dan sukarela kepada anak-anak yang tidak bisa/putus sekolah.

Cerita Mira di atas mengingatkan kita tentang tauladan Maulid Nabi Muhammad saw yang diutus bukan hanya untuk mengajarkan umatnya bagaimana melakukan shalat dan puasa. Namun juga sebagai penyempurna akhlak manusia “liutammima makarimal akhlak”. Kemuliaan akhlak salah satunya dilakukan dengan memberikan keadilan dan kesetaraan yang sama bagi laki-laki dan perempuan.

Dalam masa kenabian, Nabi Muhammad mengangkat derajat orang-orang rentan atau mustad’afin, termasuk perempuan. Di masa kegelapan, perempuan Arab diperlakukan layaknya barang yang dimiliki oleh laki-laki. Perempuan diperjualbelikan dan boleh dikubur hidup-hidup karena keberadaannya tidak diinginkan.

Islam mengangkat derajat perempuan dengan menjadikannya pewaris dan memberikan hak waris. Islam memperhatikan keadaan perempuan dan memandu dengan syariat, bagaimana seharusnya ia diperlakukan saat menstruasi. Perempuan juga banyak dipanggil dan disebutkan namanya secara eksplisit dalam al-Qur’an. Belum lagi Nabi telah baik mencontohkan bagaimana ia memperlakukan istrinya dan anak perempuannya.

Dalam riwayat shahih oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitab Al-Ishabah fi Tamyizi as-Shahabah disebutkan bahwa pada perang Uhud Rasulullah mengalami cedera dan jatuh dari kudanya. Ketika itu baginda ditolong oleh Nusaibah binti Ka’ab, seorang perempuan yang ikut serta pada perang Uhud. Memang keikutsertaan Nusaibah pada awalnya diposisikan sebagai penanggung jawab logistik dan medis bersama wanita lainnya. Namun ia juga melakukan tugas mulia pada lapangan dengan menolong baginda Nabi.

Saat melihat Rasulullah saw menangkis serangan musuh sendirian, Nusaibah bergegas menolong Rasulullah. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Nusaibah binti Ka’ab turut menangkis serangan Ibnu Qami’ah yang hendak membunuh Rasulullah. 

Dalam Riwayat Imam Ibnu Hajar Al Asqalani, Nusaibah binti Ka’ab mengalami 13 sebetan di sekujur tubuhnya dalam upayanya melindungi Rasulullah. Setelah kejadian itu, Rasulullah tidak henti-hentinya memuji Nusaibah binti Ka’ab di depan para sahabatnya. Bahkan Menurut Syekh Yusuf, Rasulullah bersabda “Tidaklah aku menoleh ke sisi kanan maupun kiri, melainkan aku melihat Nusaibah bint Ka’ab melindungiku.”

Pujian Rasulullah sontak membuat banyak sahabat yang selalu di sampingnya iri dengan Nusaibah. Namun di balik pujian itu, Rasulullah nyatanya memuji kekuatan Nusaibah binti Ka’ab yang mempertaruhkan nyawanya untuk Rasulullah. Cerita itu hanya satu dari banyak cerita bagaimana Rasulullah mengakui kemampuan perempuan.

Bentuk lain dari penghargaan terhadap perempuan adalah turunnya surat an-Nisa dalam Al Qur’an. Surat ini secara epistemologi berarti “Perempuan”. Dalam surat an-Nisa detail peran dan posisi perempuan banyak dijabarkan salah satunya ayat yang mengatur poligami.

Dari kisah-kisah di atas, kita bisa sama-sama belajar bagaimana menghormati perempuan dapat dilakukan dengan memberikan hak-haknya untuk berkembang dan menghargai kemampuan/keahliannya. Karena Islam yang dibawa dan dicontohkan ajarannya oleh Nabi, tidak pernah mengkerdilkan perempuan. Nabi tidak malu memuji Nusaibah yang telah menolongnya atau menolak bantuannya walaupun Nusaibah adalah perempuan. 

 

Sumber: https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/nusaibah-ra-pahlawan-perempuan-dalam-perang-uhud-R59gz

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here