Oleh: Desy Salma Aeni
Perempuan seringkali dijadikan objek dalam beberapa narasi agama yang dapat memojokkan perempuan. Salah satunya persepsi yang menyatakan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah perempuan. Terlahir menjadi perempuan sebetulnya adalah anugerah terindah dari Sang Pencipta, namun perempuan nyatanya banyak mendapatkan hantaman persepsi yang menjadikan seorang perempuan sendiri akhirnya merasa rendah diri dan memiliki stigma negatif terhadap dirinya. Bahkan terdapat fenomena di zaman jahiliyah di tanah arab, bayi perempuan yang dilahirkan dikubur oleh orang tuanya karena dianggap membawa beban.
Penghuni neraka yang didominasi perempuan sebetulnya berasal dari suatu hadis yang tersebar dan banyak dibahas oleh beberapa pihak, berbunyi:
“Dari Abu Said al-Khudriy r.a., berkata: Rasulullah SAW keluar pada suatu hari raya, Idul Adha atau Idul Fitri, masuk ke masjid, lalu bertemu para perempuan. Nabi SAW, berkata kepada mereka: “Wahai para perempuan, ayo sedekah (agar kalian tidak masuk neraka), karena aku pernah diperlihatkan bahwa kalian banyak yang masuk neraka. Para perempuan bertanya: Mengapa demikian (banyak dari kami yang masuk neraka)? Nabi SAW menjawab: “Karena kalian sering melaknat dan tidak berterimakasih atas (kebaikan) pasangan.” (Shahih al-Bukhari, Kitab al-Haidh, no. 305)
Hadis di atas memang adalah merupakan hadis dengan derajat sohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Sa’id al-Khudri, kemudian diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibn Umar, Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah, lalu diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Ibnu Umar, diriwayatkan oleh al-Nasa’I dari Abu Sa’id al-Khudri, kemudian diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairah. Keshahihan hadis ini pun diperkuat oleh pendapat Nashruddin al-Bani.
Secara tekstual, hadis di atas terkesan sangat misoginis, namun ada cara pandang yang berbeda dari Abdul Halim Abu Syuqqah. Abu Syuqqah menganalisa bagaimana konteks hadis tersebut ada. Hadis tersebut turun sebagai peringatan Rasulullah SAW kepada kaum perempuan penduduk Madinah atau Anshor yang kebanyakan penduduknya adalah kaum perempuan. Karena, interaksi yang cukup lama antara kaum Anshor dan Muhajirin, kaum perempuan Muhajirin sedikit demi sedikit terpengaruh oleh budaya kaum perempuan Anshor. Di mana perempuan Muhajirin, berani mendebat suami mereka. Sedangkan ketika di Makkah, kaum perempuan Muhajirin selalu tunduk & patuh kepada suaminya.
Adapun dari penjelasan lain, perempuan kala itu banyak melakukan laknat karena dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu rutinitas sosialnya dan aktifitas sosialnya. Kegiatan kaum perempuan pada Masa Rasulullah SAW terbatas hanya di antara sesama perempuan dan lingkungan rumah tangga sendiri. Sehingga mereka menghabiskan banyak waktu di rumah. Perempuan mengakses dunia politik, ekonomi, militer, dan lain-lain. Ulama bersepakat bahwa melaknat adalah merupakan sesuatu yang diharamkan dan membuahkan dosa yang dapat menyebabkan masuk neraka. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa laki-laki dan perempuan juga mempunyai potensi yang sama.
Adapun riwayat pembanding lainnya, yang berbunyi:
“Dari Abu Said al-Khudry r.a., berkata: Rasulullah SAW keluar pada hari raya Idul Adha dan hari Idul Fitri. Beliau memulai dengan shalat terlebih dahulu. Ketika shalat sudah dilakukan, dan selesai salam, Nabi Muhammad SAW berdiri menghadap kepada orang-orang. Mereka tetap duduk di tempat shalat masing-masing. Kalau Nabi Muhammad SAW memiliki keperluan tertentu, yang perlu mengutus orang lain, maka akan disebutkan kepada mereka, atau kebutuhan lain, Nabi Muhammad SAW akan langsung memerintahkan kepada mereka, atau kebutuhan lain, Nabi Muhammad SAW akan langsung memerintahkan kepada mereka, untuk kebutuhan tersebut. Saat itu, Nabi Muhammad SAW juga berkata: “Bersedekahlah kalian semua, bersedekahlah, bersedekahlah.” Dan yang paling banyak bersedekah adalah para perempuan.”
Riwayat tersebut menjelaskan bahwa segala hal yang dilakukan setiap manusia itu berdasarkan karakter atau sifat, bukan karena jenis kelamin baik itu laki-laki maupun perempuan. Setiap manusia baik itu laki-laki maupun perempuan punya potensi yang sama untuk melakukan kebaikan maupun keburukan. Manusia yang paling baik disisi Allah adalah manusia yang paling bertakwa, perempuan dan laki-laki yang seringkali punya potensi untuk lebih bermanfaat bagi sekitarnya.
Referensi:
Kodir, Faqihuddin Abdul. 2021. Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah. Bandung: Afkaruna.
Asep Setiawan. (2019). Perempuan Sebagai Mayoritas
Penghuni Neraka Dan Kelemahannya Dari Sisi Akal Dan Agama (Sanggahan Atas Gugatan
Kaum Feminis Terhadap Hadis ‘Misoginis’). Jurnal Tajdid, Vol. 18, No. 1, Januari – Juni.