Puisi Muyassarotul Hafidzoh
Hari ini merah putihku membara
Terkibar di jalan-jalan raya
Berbaur dengan teriakan dan air mata
Kami teriak karena kami tercekik
Melihat para pemegang amanat
Tak malu sewenang-wenang
Mereka berjoget karena gaji meroket
Namun, tak berani transparansi, tak mau direformasi
Dan sungguh miskin empati.
Kalian kata penjarahan adalah salah, adalah dosa
Ya! Kami setuju.
Lantas mengapa penjarahan hutan, gunung, pulau, lautan
Kalian biarkan?
Kalian kata pukulan, tendangan adalah salah, adalah luka.
Ya! Kami setuju.
Lalu, tak lama terdengar suara
“Angkat pangkat prajurit yang terluka”
Lantas rakyat yang mati, yang gugur?
Naik pangkatkah dia?
Atau hanya sekedar menerima uang penghibur?
Sudah kubilang, dengarkan nasehat Rendra
Orang-orang miskin di jalan
Yang tinggal dalam selokan
Yang kalah dalam pergulatan
Yang diledek oleh impian
Jangan kau tinggalkan
Rendra sudah ingatkan,
Bila kau remehkan mereka
Di jalan kau akan diburu bayangan
Tidurmu akan penuh igauan
Lihat! kini rakyat sudah banyak mengeluh
Karena omongan penguasa yang tidak boleh dibantah
Maka kebenaran sudah pasti terancam
Karena rakyat usul ditolak tanpa timbang
Suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan
Kata Bung Wiji Tukul itu artinya, Sudah gawat kawan!!!
Mengapa tak mendengar peringatan!?
Apakah rakyat tak cukup tertindas
Haruskan mereka juga dilindas?
Mengapa masih tak hiraukan teriakan
Malah halalkan peluru-peluru tanpa mata yang membabi buta.
Pukulan, tendangan semprotan gas air mata
dihujamkan pada mereka
Yang sedang berjuang untuk bangsa.
Kami itu nyata, kami bukan bayangan
Rakyat berseru, bukan umbar kata palsu.
Bebaskan kawan kawan kami yang ditangkap hanya karena sedang berjuang
hentikan kekerasan atas nama apapun!
sudah cukup nyawa rakyat meregang menjadi korban.
Affan Kurniawan, Muh akbar Basri, Saiful akbar, sarinawati
Rusdamdiansyah, rheza sendy pratama, sumari, andika lutfi falah
Septinus sesa, iko Julian.
udah cukup, Jangan ada lagi, jangan ada luka lagi,
Tolong, Hentikan!!!
Oh…. Ini bagai permainan
Aspirasi kau belokkan jadi aksi brutal
Lalu kembali rakyat disalahkan
Oh….. ini bagai manipulasi
Suara rakyat hanya direspon dengan presentasi
Dan pertemuan dengan para petinggi
Entah siapa yang mereka wakili.
Mengapa suara kami tak coba kau dengarkan,
Kabulkan, wujudkan dengan aksi dan bukti
Bahwa kau pemegang amanah sejati
Agar merah putih kembali pulih
Buatlah rakyat kembali percaya
Bahwa masa depan itu ada
Bahwa kesejahteraan itu nyata
Bukan bualan semata
Wahai pemegang amanah bangsa ini
Ikhlaskan pengabdianmu untuk negeri
Jernihkan batinmu untuk ibu pertiwi
Nyalakan empatimu untuk kami
Karena kita adalah Satu,
INDONESIA
Yogyakarta, 3 September 2025
Salam Perjuangan!
Kami, Aliansi Perempuan Indonesia (API), mengecam dan menolak penetapan gelar pahlawan untuk Soeharto yang diberikan…
Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) adalah gerakan keulamaan yang mendakwahkan kemanusiaan perempuan berlandaskan ajaran Islam…
Solo, Sabtu 18 Oktober 2025 — Dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional, Simpul Rahima Surakarta…
Pada 12 September 2025, Rahima mendapatkan kunjungan dari Guru Besar Nagoya Gakuin University Jepang yaitu…
“Sesungguhnya Allah memerintahkan penegakan keadilan dan kebajikan, memenuhi (hak) kaum kerabat, dan melarang perbuatan keji,…
Simpul Ulama Perempuan Rahima Jawa Barat (SupeR Jabar) melaksanakan Pendidikan Pengkaderan Ulama Perempuan (PUP) untuk…