Sabtu, 13 September 2014, di Hotel Cailendra, Jl. Taman Siswa No. 91 Yogyakarta, Rahima menyelenggarakan kegiatan Seminar dan Launching buku. Seminar tersebut diawali dengan opening ceremony  serta launching buku Merintis Keulamaan untuk Kemanusiaan: Profil Kader Ulama Perempuan Rahima yang diterbitkan oleh Rahima, September 2014 oleh AD. Eridani selaku Direktur Rahima. Seminar ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar peserta program Pendidikan Ulama Perempuan (PUP) dengan kru Rahima, memperingati ulang tahun Rahima ke-14 serta refleksi bersama sebagai bentuk pertanggung jawaban publik dalam menghadapi tantangan masa depan ulama perempuan.

Seminar yang terbagi menjadi dua sesi diawali dengan sharing pengalaman kader ulama perempuan dari angkatan pertama sampai keempat, dengan para pembicara Hj. Najmatul Millah, M.Ag (peserta PUP Angkatan I dari Jawa Timur), Istianah, M.Ag (peserta PUP II dari Jawa Barat), Hj Maesaroh dan Aniroh, M.Ag (peserta PUP Angkatan ke-3 wilayah Jawa Tengah), Raudlatun (peserta program Pendidikan Tokoh Agama dari Jawa Timur),  serta Hj. Munifatul Baroroh, M.HI (peserta PUP Angkatan ke-4 wilayah Jateng-DIY). Sekitar 90-an peserta dan undangan seminar, baik laki-laki dan perempuan mengikuti seminar dengan penuh antusias.

Siang harinya setelah istirahat, seminar dilanjutkan dengan pembahasan tema Sejarah dan Masa Depan Perempuan. Narasumber yang berbicara di sesi ini adalah KH. Husein Muhammad (PP. Dar el-Tauhid, Cirebon), Prof. Dr. Abd Munir Mulkhan (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Inayah Rohmaniayah Ph.D, (akademisi dan Ketua Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), dan Hj Ida Fatimah Zaenal, M.Si, salah satu pengasuh PP. Al Munawir Krapyak Yogyakarta

Saat memaparkan pemikirannya tentang Ulama Perempuan dalam Lintasan Sejarah, Kyai Husein mengawali presentasinya dengan melantunkan puisi gubahan Raja Penyair Arab tersohor, Ahmad Syauqi. Gubahannya menyatakan kekaguman atas kepiawaian para ulama perempuan  masa awal Islam dalam dunia hukum, sastra dan kebudayaan  maupun sebagai aktifis politik. Selanjutnya, Kyai Husein bahwa sekitar abad 12 M – awal abad 20 M, perempuan-perempuan kemudian dirumahkan dan dipinggirkan dari percaturan sejarah. Baru pada awal abad 20 M hingga sekarang terdapat upaya baru dari kalangan tokoh perempuan untuk menggugat keterpinggiran perempuan. Seperti Rifa’ah Rafi’ al-Thahthawi (1801 – 1873 M), perempuan pengusung gagasan pembaharuan pemikiran Islam yang mengkritik pandangan-pandangan konservatif yang merendahkan dan memarjinalkan kaum perempuan. Jejaknya diikuti oleh tokoh Qasim Amin, dengan bukunya Tahrir al-Mar’ah (pembebasan perempuan), serta banyak lagi yang mengikutinya. Kyai Husein tak lupa menyebutkan Rahmah el-Yunusiyah, perempuan yang menjadi salah seorang pendiri perguruan Diniyah Putri, Padang Panjang. Di akhir pemaparannya,  beliau mengharapkan banyak terlahir para cendekiawan dan ulama perempuan yang bersama laki-laki berkontribusi mencari solusi bersama atas persoalan-persoalan umat, seperti kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.

Prof. Dr. Abd Munir Mulkhan, yang mengulas peran ulama perempuan sebagai agen perubahan sosial menjelaskan bahwa pada abad ke-21, perempuan mendominasi ekonomi dan jasa. Namun ini tidak memberi ruang cukup luas bagi tampilnya ulama perempuan, terutama dalam Islam karena adanyahegemoni dan dominasi patriarki cukup kuat dalam bidang agama, baik fiqh, teologi maupun akhlak. Menghadapi problem ini, Inayah Rohmaniyah, Ph.D  memaparkan bagaimana ulama perempuan menjawab tantangan di era globalisasi, seperti apa yang telah dilakukan oleh Hj Ida Fatimah Zaenal, M.Si, yang berbagi pengalaman tentang peran ulama perempuan dalam pemberdayaan umat, sesaat sebelum seminar ini diakhiri{} Lathifatul Izzah, Peserta PUP IV Jateng DIY

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here