Selama ini madrasah masih dipandang sebelah mata. Jika dibandingkan dengan sekolah umum negeri, apalagi sekolah unggulan, madrasah masih kalah pamor. Padahal sebagian besar Madrasah lahir karena adanya kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
Dewasa ini pemerintah RI semakin mengembangkan inisiatif untuk memajukan madrasah. Hal ini berangkat dari kepedulian untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh anak Indonesia baik perempuan maupun laki-laki. Untuk itu Pemerintah menggalang kerjasama dengan berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negri untuk mewujudkan upaya tersebut.
Salah satu program kerjasama bilateral Indonesia dan Australia sejak 2004 adalah LAPIS (Learning Assistance Program for Islamic Schools). Sebuah program hibah untuk peningkatan mutu pendidikan dasar di sekolah-sekolah Islam utamanya madrasah. Program ini dilakukan dengan pola dukungan terhadap kebutuhan yang diajukan oleh sekolah/madrasah dan stakeholdernya dengan mekanisme fleksibel, responsif dan partisipatif.
Pada periode awal, LAPIS menjalin kerjasama dengan beberapa Pusat Studi gender/Pusat Studi Wanita yang ada di bawah IAIN/UIN. Diantara kegiatan yang dilakukan adalah training kesadaran dan sensitivitas gender bagi kepala sekolah, guru, staf, perwakilan yayasan maupun komite sekolah yang dilanjutkan dengan pola pendampingan. Dari serangkaian kegiatan tersebut teridenfikasinya beberapa persoalan gender yang ada di sekolah Islam/madrasah. Diantaranya adalah masih banyaknya murid perempuan tidak menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun ataupun melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Minimnya kesempatan bagi karyawan/guru perempuan untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi dalam manajemen sekolah (kepala sekolah ataupun pengawas) serta ketidakseimbangan pemberian kesempatan dalam pembelajaran di kelas oleh guru terhadap murid laki-laki dan perempuan. Berbagai kondisi tersebut menjadi fokus perhatian LAPIS untuk mendukung upaya memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa kesetaraan dan keadilan sosial khususnya dalam dunia sekolah merupakan hak setiap individu.
Untuk itu sejak Januari 2007 LAPIS meluncurkan sub-programnya yang diberi nama ELOIS (Equality of Learning Outcomes in Islamic Schools). Program ini melakukan pengarusutamaan gender dalam pendidikan dasar melalui penerapan inklusifitas gender dalam pembelajaran dan pengelolaan sekolah dasar Islam/madrasah serta membangun jaringan gender focal point. Program ELOIS akan diimplementasikan secara intensif di daerah target LAPIS serta diharapkan dapat mencakup sekitar 200 sekolah Islam/madrasah.
Untuk menuju kesana, LAPIS telah menjalin kemitraan dengan PSW UIN Sunan Kalijaga dan telah menandatangani program kerja sama. Prof. M. Amin Abdullah, Rektor UIN Yogyakarta sangat menghargai dan memberikan dukungan penuh pada program LAPIS dan ELOIS untuk dapat berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan melalui pengarusutamaan gender di madrasah pada umumnya serta peningkatan kapasitas PSW dan PSG pada khususnya.
Semoga inisiatif yang dilakukan ELOIS akan menambah bobot berbagai aktivitas yang telah dilakukan oleh “kalangan peduli madrasah” baik badan Pemerintahan , PerguruanTinggi maupun LSM. Semoga.
Similar Posts:
- Rekonstruksi Ghirah: Pergerakan demi Menegakkan Keadilan Gender
- Upaya Pencegahan dan Penanganan Kekerasan serta Intoleransi di SMA/SMK Kabupaten Cirebon dan Sukoharjo
- LSM Perempuan Di Kantong NU
- Menuju pendidikan Islam berkeadilan Gender
- Rahima Gelar Monitoring Pengintegrasian Perspektif Adil Gender Islam Bersama Dosen UII dan UIN Sunan Kalijaga