Foto: dok.net

 

Oleh KH. Helmy Ali

Prof. Dr. Huzaenah Tahidi Yanggo (lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, 30 Desember 1946) adalah seorang perempuan hebat. Seorang ulama. Dia adalah seorang ahli Hadis, dan pakar fikhi, (ahli Perbandingan Mahzab). Dia merupakan perempuan pertama yg memperoleh gelar doktor dari Universitas Al Azhar, Mesir, dengan predikat cum laude. Dia sekarang adalah rektor Institut Ilmu Alquran Jakarta (2018-2022), Guru Besar di UIN Jakarta. Pernah menjadi anggota MUI, menjadi Ketua Bidang Fatwa MUI dan kemudian Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sosial.

Dia alumni Alkhairat, Palu (yang kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al Azhar, Cairo). Tetapi jugai sangat dekat dengan kalangan DDI (Darud Da’wah wal Irsyad).

Prof. Huzaimah, bukan hanya hebat karena kepakarannya dan berbagai prestasi yang diraihnya. Tetapi juga karena relasi kemanusiaannya. Dia sangat dekat dengan santri atau mahasiswanya. Selalu menjalin dan menjaga silaturrahim dengan kerabat dan kenalan-kenalannya. Dia dikenal suka membantu orang lain. Dia adalah karakter yang melayani. Ramah dan rendah hati. Tetapi juga berani (berbeda), berbicara lantang dan bersikap tegas terhadap hal-hal yang menurutnya tidak benar, tidak sesuai dengan etika, aturan-aturan yang berlaku dan ketentuan-ketentuan agama yang diyakininya. Mungkin karena itu ada juga yang menganggapnya kaku.

Kami kenal dekat dengan beliau. Rutin datang (bersama keluarga) berkunjung ke rumah Kiai Ali Yafie, terutama pada hari lebaran (kecuali empat lebaran terakhir; karena keadaan tidak memungkinkan orang saling berkunjung, akibat covid-19). Hampir pasti setiap acara keluarga yang kami selenggarakan beliau hadir. Terakhir bertemu dengan beliau pada Awal Februari 2020, pada acara 40 hari wafatnya Ibu saya. Beliau tampil memberikan kesaksian tentang Ibu saya.

Salah satu yang saya ingat dari apa yang beliau katakan dalam kesaksianya ketika itu, beliau mengatakan : “.. almarhumah Nyai Hj. Aisyah seorang istri yang baik .. sangat menghormati suaminya .. tetapi memang Kiai Ali Yafie juga adalah seorang suami yang patut dihormati .. orangnya halus, sayang dan hormat pada istrinya”. Kemudian, sambil tersenyum tipis, melanjutkan. “.. tapi kalau suami yang tidak genah, suka berlaku kasar, semena-mena kepada istri .. tak perlu di hormati .. ngapain juga memghormati laki-laki seperti itu !”. Semua orang yang mendengar itu tersenyum dan tertawa kecil (atau mungkin tertawa kecut).

Tadi pagi (Jumat, 23 Juli 2021) saya mendapat kabar bahwa perempuan hebat dan santun itu telah pergi, memenuhi panggilan Allah, Sang Pecipta, yang menguasai kehidupan dan kematian. Ketika tadi siang saya menyampaikan kabar duka itu, Ayah saya mengucap innalillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu tertunduk mengangkat tangan, berdoa. Kemudian mengatakan “dia orang yang baik .. orang yang suka membantu .. kita kehilangan seorang yang sangat baik”.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Ya Allah ampuni segala dosanya, lipat gandalan segala pahalanya. Terima dia di dalam kerahibaan rahmatMu.

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here