Oleh : Faqihuddin Abdul Kodir

Hadis Nabi Muhammad saw. adalah sumber kedua dalam perumusan ajaran-ajaran Islam, yang selalu harus dikaitkan dengan sumber pertama, yaitu ayat-ayat Alquran. Mengenai isu-isu rumah tangga, teramasuk pengasuhan anak, ada empat pilar yang harus diperhatikan oleh suami-istri atau ayah dan ibu. Yaitu komitmen pada ikatan janji yang kokoh sebagai amanah Allah swt (mītsāqan ghalīzan, QS. An-Nisa, 4: 21); prinsip berpasangan dan berkesalingan (zawāj, QS. Al-Baqarah, 2: 187 dan ar-Rum, 30: 21); perilaku saling memperlakukan dengan baik (mu’āsharah bil ma’rūf, QS. An-Nisa, 4: 19); dan kebiasaan saling berembug bersama (musyāwarah, QS. Al-Baqarah, 2: 233).

Empat pilar ini menjadi pondasi bahwa rumah tangga dan keluarga harus dikelola secara bersama, suami-istri atau ayah-ibu, untuk mencapai puncak kebaikan yang dirasakan dan dinikmati bersama. Dengan inspirasi empat pilar ini, tentu saja, mengasuh anak menjadi amanah dan tanggung-jawab bersama, suami dan istri, atau ayah dan ibu. Kebersamaan antara kedua orang tua dalam amanah dan tanggung-jawab ini sangat kentara juga dalam teks hadis berikut ini:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه البخاري)

Artinya :  Dari Abu Hurairah ra, berkata: Nabi saw bersabda: “Setiap anak yang dilahirkan adalah dalam keadaan suci, maka kedua orang-tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (Sahih Bukhari, no. hadis: 1401).

Teks hadis ini menegaskan bahwa amanah dan tanggung jawab dalam pendidikan anak ada di pundak kedua orang tua. Pendidikan anak adalah salah satu saja dari kerja-kerja pengasuhan yang lebih umum. Jika ditarik secara deduktif, maka kerja-kerja pengasuhan lain, seperti memandikan dan mengganti popok anak ketika bayi, memberi susu, memandikan, mengganti pakaian, menemani bermain, dan lain-lain, sebagai bagian dari pendidikan anak, juga menjadi amanah kedua orang tua. Melalui pengasuhan ini, biasanya anak-anak juga akan memperoleh nilai-nilai hidup dari orang tuanya. Ibu maupun ayah mereka. Di sisi lain, pengasuhan anak juga merupakan bagian dari perbuatan baik yang ditegaskan Nabi saw., agar dilakukan oleh para suami-ayah kepada keluarga mereka. Dalam berbagai kesempatan, Nabi saw. sering mewasiatkan agar para ayah-suami untuk selalu berbuat baik kepada keluarga, istri dan anak-anak. Ini adalah langkah utama yang harus dipastikan dari kehidupan keluarga. Yaitu moral dan perilaku seseorang terhadap keluarganya. Karena rumah menjadi medan pertama untuk mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan  yang diajarkan Islam.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

Artinya : Dari Aishah ra, berkata: Rasulullahsaw. bersabda: “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang terbaik perilakunya terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian dalam memperlakukan keluargaku” (Sunan Turmudzi, no. hadits: 4269).

Rumah adalah sekolah pertama dimana seorang anak akan melihat bagaimana ayahnya memiliki relasi, sikap dan perilaku terhadap ibunya. Begitupun relasi sang ibu dengan ayah. Relasi antara kedua orang tua ini akan diserap seorang anak, membekas, dan mempengaruhi cara dia berfikir dan bertindak hingga menginjak usia dewasa dan kemudian menjadi pasangan suami dan istri atau ayah dan ibu. Dan demikianlah daur pembelajaran terus berputar dan turun temurun melalui keluarga. Jika yang diterima dan diserap anak adalah baik, maka kebaikanlah yang akan disemaikan di kehidupannya nanti saat dewasa. Untuk dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa, dan penduduk global dunia. Begitupun sebaliknya.

Tanggung-jawab ayah untuk mendidik anak seperti yang disebutkan pada teks hadis pertama dan mandat laki-laki/suami untuk berbuat baik pada keluarga seperti yang disebutkan pada teks hadis kedua, hanya mungkin jika seorang ayah terlibat dalam kerja-kerja pengasuhan anak. Terutama pada masa-masa kritis, bulan-bulan pertama kelahiran, dimana sang ibu masih mengalami kelelahan, kelemahan, dan kesakitan akibat persalinan. Dus, pengasuhan anak disamping sebagai bentuk perbuatan baik dari seorang laki-laki sebagai suami kepada ibu dan anak, juga sebagai bentuk pendidikan anak mengenai nilai-nilai kasih sayang dari sang ayah.

Kita tidak memiliki rekam jejak yang cukup mengenai kehidupan keluarga Nabi saw. saat masih di Mekkah, ketika keempat putri baginda dari Siti Khadijah ra., lahir dan besar menjadi dewasa. Yaitu Zainab ra., Umm Kultsum ra., Fatimah ra., dan Ruqayyah ra.. Tetapi kita bisa belajar banyak dari teks-teks hadis, tentang bagaimana Nabi saw. sering bermain, menggendong, dan bercengkerama dengan cucu-cucu baginda. Yaitu Umamah, putri dari Zainab, dan Hasan dan Husein putra-putra Fatimah ra. Teks-teks ini bisa menjadi dasar inspirasi bagaimana laki-laki/ayah dianjurkan oleh Islam untuk terlibat dalam kerja-kerja rumah tangga, termasuk pengasuhan anak.

Baca Juga
Dirasah Hadis : Ayah Mengasuh Anak: Perspektif Hadis (2)

Similar Posts:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here